Rabu, 20 Agustus 2008

Berkat Yang Tersamar

Sering kali pada saat kejadian yang tidak menyenangkan menimpa, kita
bertanya-tanya mengapa TUHAN membiarkan hal itu terjadi? Terlebih
bila selama ini kita merasa telah menjadi anak Allah yang baik.
Mengapa hal-hal buruk masih terjadi pada kita? Ada
peristiwa-peristiwa dalam hidup kita yang sulit dimengerti pada saat
kita mengalaminya. Kita hanya dapat berpasrah padaNYA, percaya bahwa
DIA tidak akan memberikan yang buruk kepada kita (bdk Yer 29:11).

Ilustrasi di bawah ini mungkin dapat membantu kita memahami bahwa
sebenarnya di balik “kemalangan” itu ada berkat yang tersamar, yang
belum kita sadari pada saat itu.

Ada sebuah kisah tentang seorang raja yang mempunyai seorang teman
baik. Temannya ini punya kebiasaan berkomentar, “Ini bagus!” atas
semua situasi dalam hidupnya, positif maupun negatif.

Suatu hari Sang Raja dan temannya pergi berburu. Temannya
mempersiapkan dan mengisikan peluru untuk senapan Sang Raja.
Kelihatannya Sang Teman melakukan kesalahan dalam mempersiapkan
senjata tersebut, karena setelah raja menerima senapan itu dari
temannya, senapan itu meletus dan mengenai jempolnya.

Seperti biasa Sang Teman berkomentar, “ Ini bagus!”, yang oleh raja
dijawab, “Tidak, ini tidak bagus!” dan raja tersebut menjebloskan
temannya ke penjara.

Kurang lebih setahun kemudian, Sang Raja pergi berburu ke daerah
yang berbahaya. Ia ditangkap oleh sekelompok orang kanibal, kemudian
dibawa ke desa mereka. Mereka mengikat tangannya dan menumpuk kayu
bakar, bersiap untuk membakarnya. Ketika mereka mendekat untuk
menyalakan kayu tersebut, mereka melihat bahwa Sang Raja tidak
mempunyai jempol. Karena percaya pada tahayul, mereka tidak pernah
makan orang yang tidak utuh. Jadi mereka membebaskan raja itu.

Dalam perjalanan pulang, raja tersebut ingat akan kejadian yang
menyebabkan dia kehilangan jempolnya dan merasa menyesal atas
perlakuannya terhadap teman baiknya. Raja langsung pergi ke penjara
untuk berbicara dengan temannya. “Kamu benar, “ katanya, “baguslah
bahwa aku kehilangan jempolku.” Dan ia menceritakan kejadian yang
baru dialaminya kepada temannya itu. “Saya menyesal telah
menjebloskan kamu ke penjara begitu lama. Saya telah berlaku jahat
kepadamu.”

“Tidak,” kata temannya,”Ini bagus!”. “Apa maksudmu, ‘Ini bagus!’?
Bagaimana bisa bagus, aku telah mengirim kamu ke penjara selama satu
tahun.” Temannya itu menjawab, “Kalau kamu tidak memenjarakan aku,
aku tadi pasti bersamamu.”

-----------------

Kehilangan jempol ataupun kebebasan karena di penjara bukanlah hal
yang menyenangkan. Namun karena 2 peristiwa itulah, Sang Raja dan
temannya tidak menemui ajalnya dalam peristiwa tahun berikutnya.

Demikian pula dalam hidup kita, ada peristiwa yang menyebabkan kita
kehilangan materi, mata pencaharian bahkan orang yang kita kasihi.
Tentu saja itu membuat kita sedih, kesal, marah, bahkan menggugat
TUHAN karenanya. Beberapa di antara kita mengalami pergumulan batin
yang panjang karena penolakan kita atas kejadian yang tidak
menyenangkan ini. Ada yang menolak begitu keras, sehingga menjauh
dari TUHAN.

Namun jika kita dapat mengikuti sikap teman raja di atas, yang
secara positif menerima setiap peristiwa baik maupun buruk dalam
hidup kita, niscaya suatu hari nanti kita akan menyadari adanya
berkat-berkat yang tersamar dalam setiap peristiwa yang kita alami.

Jadi, seperti kata Anthony de Mello, marilah belajar untuk berkata
“YA” terhadap setiap peristiwa dalam hidup kita. “YA” berarti
menerima tanpa syarat segala sesuatu yang direncanakan TUHAN dalam
hidup ini. Pada saatnya nanti, kita akan dapat “melihat”
berkat-berkat yang tersamar dalam berbagai peristiwa di kehidupan
kita; karena TUHAN bekerja dengan caraNYA yang misterius, yang tidak
terselami oleh keterbatasan akal kita

Tidak ada komentar: