Rabu, 25 Juni 2008

"Tuhan hanya sejauh doa"

Seorang ayah,yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun,memasukan putranya tersebut kesekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal. Selang beberapa waktu kemudian,di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal.Karena ketenarannya,dalam waktu yang sangat singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya. Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser mulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada disampingnya.Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak bisa betah duduk diam terlalu lama, tanpa pengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi. Ketika lampu gedung mulai di redupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada disampingnya.Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut. Didorong oleh rasa ingin tahu, tanparasa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, Twinkle2 Little Star. Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba2 lebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke arah panggung.Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan seorang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis juga terkejut, bergegas naik keatas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata " Teruslah bermain", dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk, disamping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ketengah panggung. Sang anak jadi GR, pikirnya "Gila, baru belajar sebulan saja sudah hebat!". Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.Teman2, apa implikasinya dalam hidup kita??? Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan2 besar yang telah kita lakukan, tapi kita lupa...bahwa semua itu terjadi karena TUHAN ada disamping kita.Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada TUHAN disamping kita, KITA ADALAH SIA-SIA. Tapi apabila TUHAN ada disamping kita....sesederhana apapun yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita. Semoga saja kita tidak pernah lupa bahwa ada TUHAN disamping kita.

Ekaristi sebagai perayaan Puji Syukur

Perayaan Ekaristi merupaakna perayaan puji syukur. Kata eucharistia menunjuk secara jelas bahwa Ekaristi merupakan perayaan syukur. Melihat struktur perayaan Ekaristi, semakin jelaslah paha perayaan ekaristi pertama-tama merupakana perayaan syukur Gereja. Dalam perayaan Ekaristi, kita mensyukuri karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, yakni terutama dalma peristiwa wafat dan kebangkitanNya. Seluruh doa dalam Perayaan Ekaristi itu dialamatkan kepada alalh Bapa. Ungkapan yang penuh syukur itu tampak sekali dalam seluruh Doa Syujkur Agung. Sudah sejak dalam prefasi, kita bersyukur kepada Allah Bapa, “Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus. Allah yang kekal dan kuasa, kami senantiasa bersyukur kepada-My dengan pengantaraan YesusKristus PuteraMu yang terkasih.”
Puji syukur ini terus mewarnai seluruh DSA, yakni atas karya kasih dan kebaikan Allah yang tampak dalam Putra-Nya Yesus Kristus yang menebus dan menyelamatkan umat manusia melalui kurban salib: wafat dan kebangkitanNya. Seluruh DSA itu diakhiri dengan rangkuman doksologi penutup yang memang merupakan pola doa kristiani yang tertua, yakni pujian yang dialamatkan kepada Bapa melalui pengantaraan Kristus dan berkat Roh Kudus. “Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagiMu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuana denagn Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan, sepanjang segala masa.” Dan umat menjawab dengan meriah “Amin”.
Sifat dan bentuk dasar Ekaristi adalah puji syukur. Perayaan Ekaristi merupakan perjamuan sakramental, yaitu perjamuan dalam bentuk simbol. Perayaan Ekaristis disebut perjamuan sakramental sejauh Ekaristi dilihat menurut simbol dan tanda yang dipakai, yakni roti dan anggur yang memang berada dalam konterks perjuman makan dan menurut intensi dibaliknya, yaitu kebersamaan.
Ketika mengikuti Ekaristi, diharapkan umat mengungkapkan syukur atas segala pengalaman kasih yang dialami dalam hidup hariannya. Pengalaman syukur itu muncul dari kesadarana bahwa Allah terlibat dalam hidupku di masa lalu, sekarang, dan tentu saja di masa yang akan datang. Kesulitan yang dihadapi adalah seringkali umat beriman datang ke Gereja dengan perasaan kosong karena hanya sekedar datang demi sebuah kewajiban. Padahal diharapkan, dengan ikut ekaristi umat beriman membawa rasa syukur sekaligus sebuha kerinduan akan kasih Allah dalam hidup yang masih akan dijalaninya di hari-hari berikutnya.
Baik kalau misalnya, umat beriman datang ke perayaan Ekaristi membawa satu buah pengalaman rasa syukur bahwa Allah telah terlibat dalam hidup dan dirinya. Selain itu, dia juga membawa kerinduan akan keterlibatan kasih Allah dalam hidupnya yang selama ini menjadi sebuah kerinduan dan dambaan hati. Dengan demikian, perayaan Ekaristi sungguh menjadi sebuah ungkapan syukur sekaligus permohonan pribadi dan lebih dari pada itu menjadi sebuah kesempatan untuk bertemu dengan Tuhan, bertatap muka dengan Tuhan dan mengungkapkan segala pengalaman suka, duka, harapan yang dialaminya.

Bapa Kami dan Salam Maria

Doa Bapa Kami merupakan doa yang diajarkan Yesus kepada para murid (Mat 6,9-13; Luk. 11,2-4). Dilihat dari sudut isi maupun bentuknya, tampak mirip dengan doa “delapan Belas Berkat” yang masih didoakan oleh orang-orang Yahudi sampai sekarang ini. Doa itu berbunyi, “Berikanlah ya Bapa kami, kebijaksanaan-Mu serta pengertian danpengetahuan dari taurat. Ampunilah kami ya Bapa kami, karen akami telah berdosa terhadapMu; hapuskanlah dosa kami karena Engkaulah maharahim.” Doa bapa kami lebih sederhana dan ada sebutan Bapa, Abba mengungkapkan hubungan yang amat khusus antara Yesus dengan Allah. Dengan mengajarkan doa itu kepada par amurid, Yesus ingin mengundang mereka masuk dan mengalami yang sama antara Yesus dan BapaNya.
Dalam doa Bapa kami terdiri dari dua bagian besar, yang diawali dengan seruan kepada Bapa dan diikuti tiga permohonan, yaitu dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, dan jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga. Bagian kedua terdiri dari 4 permohonan, yaitu Berilah kami rezeki pada hari ini, ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, dan terakhir adalah bebaskanlah kami dariyang jahat.
Sebutan Bapa kami hendak mengungkapkan bahwa relasi kedekatan itu tidak bersifat individual, tetapi juga komunal dan berlaku bagi semua orang. Dimuliakanlah namamu, datanglah kerajaanmu merupakan ungkapan kerinduan manusia akan kerajaan yang sudah hadir dalam diri Yesus itu dinyatakan, dikenal, diterima oleh semua orang serta Kerajaan Allah itu menjelma dalam wujud yang dapat dilihat dan dialami dalam kehidupan di dunia ini. Jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam surga hendak mengungkapkan tentang harapan agar Allah bertindak sehingga rencana penyelamatanNya terlaksana secara sempurna seperti sikap Yesus di dalam taman Getsmani.
Berilah kami rejeki menunjukkan keyakinan bahwa Alalh menyelenggarakan hidup mereka sebagaimana dulu Ia telah menyelenggarakan kehidupan umat pilihanNya (Kel 16). Ampunilah mengungkapkan tentang realitas manusia yang seperti pengutang di hadapan Allah dan hanya karena rahmat Allah semata, hutang manusia itu terhapuskan. Ini mengungkapkan bahwa manusia tergantung mutlak dengan kasih Allah. Pengampunan kepada sesama menjadi tanda ketulusan dan kesungguhan kita memohon ampun kepada Allah. Pencobaan hendak menunjuk pada cobaan di mana setan berusaha membinasakan orang-orang yang diserangnya (1 kor 7,5; 1 tes 3,5). Bebaskanlah dari yang jahat hendak mengungkapkan tentang permohonan agar manusia dilepaskan dari kekausaan jahat yang sama yang mencobai Yesus di padang gurun.
Doa Bapa Kami menjadi inspirasi dan ringkasan seluruh Injil, yaitu pewartaan tentang Kerajaan Allah. Doa ini menjadi ungkapan diri yang dinamis orang beriman di hadapan Allah, ungkapan permohonan agar Allah sendirilah yang bertindak dalam kehidupanku.
Doa Salam Maria berkembang dari sapaan Elizabeth kepada Maria ketika Maria berkunjung ke Elizabeth (luk 1, 40-42). ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Doa ini hendak mengungkapkan suatu keheranan sekaligus penghormatan Elizabeth yang dikunjungi oleh ibunya Yesus Putra Allah. Bagian yang kedua merupakan tahap selanjutnay yang berkembang dari tradisi rahib benediktin “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati amin.” Ini menjadi sebuah permohonan melalui Bunda Maria agar memohonkan kepada Allah agar mau mengampuni orang yang berdosa di dunia.

Adorasi Ekaristi

ADORASI EKARISTI ABADI
DI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Anjuran Apostolik “SACRAMENTUM CARITATIS” dari Bapa Suci Benediktus XVI tentang Ekaristi, Sumber dan Puncak Hidup serta Perutusan Gereja.
Anjuran Apostolik “Sacramentum Caritatis” merupakan tulisan Paus Benediktus XVI mengenai Ekaristi, Sumber dan Puncak Hidup serta Perutusan Gereja, suatu rangkuman Sinode Para Uskup yang diselenggarakan pada 2 – 23 Oktober 2005. Anjuran Apostolik tersebut ditandatangani oleh Bapa Suci, tanggal 22 Februari 2007, Hari Raya Tahta Santo Petrus. Pada tanggal 13 Maret 2007, pk. 12.30 di kota Vatikan diumumkan melalui siaran pers.
Sebelum menjadi Paus, dalam tulisan-tulisannya Cardinal Joseph Ratzinger, telah juga menekankan makna adorasi Ekaristi sebagai bagian hidup Gereja. Dalam bukunya “Allah dekat pada kita”: Ekaristi, Jantung Kehidupan, misalnya, Paus Benediktus XVI berkata, “Hanya di dalam nafas sembah sujud, perayaan Ekaristi sungguh menjadi hidup.... Komuni dan adorasi tidak berada satu di samping yang lain, atau bahkan berlawanan, tetapi kesatuan yang tak terpisahkan.”
“Dalam cara yang sangat jelas, kepausan Saya berawal ketika Gereja merayakan tahun khusus yang dibaktikan kepada Ekaristi. Bagaimana mungkin saya tidak dapat melihat dalam kebetulan ilahi ini suatu unsur yang harus menandai pelayanan panggilan Saya selama ini? Ekaristi, jantung hidup Kristiani dan sumber misi Gereja yang mewartakan Injil, tidak dapat tidak merupakan pusat tetap dan sumber pelayanan Tahta Petrus yang dipercayakan kepada saya.”




Paus Benediktus XVI dalam Anjuran Apostolik ”Sacramentum Caritatis" menulis mengenai adorasi Ekaristi (66-68).
66. Ada hubungan intrinksik antara perayaan ekaristi dengan adorasi Ekaristi. Setelah pembaruan liturgi berkat Konsili Vatikan II, muncul salah pengertian mengenai hubungan tersebut. Argumentasi yang muncul ialah bahwa roti ekaristi yang diberikan itu tidak untuk dilihat, tetapi untuk dimakan. Dalam Ekaristi, Putera Allah datang menemui kita, adorasi Ekaristi sekedar akibat wajar dari perayaan Ekaristi yang merupakan tindakan adorasi tertinggi Gereja. Menyambut komuni berarti menyembah Dia yang kita terima. Sembah sujud di luar misa memperpanjang dan memperdalam apa yang terjadi selama perayaan liturgi. Sungguh benarlah, bahwa “hanya dalam adorasi penyambutan yang mendalam dan sejati menjadi matang.” Dan pertemuan pribadi dengan Tuhan yang memperkuat misi sosial termuat dalam Ekaristi, yang tidak hanya membongkar tembok-tembok yang memisahkan Tuhan dengan kita, tetapi juga tembok-tembok yang memisahkan kita satu sama lain.
67. Karena itu, bersama seluruh Sidang Pleno, Saya dengan sungguh-sungguh merekomendasikan kepada para pastor dan umat Allah, agar melaksanakan adorasi Ekaristi, baik secara perorangan maupun dalam komunitas. Bilamana mungkin, sangat tepat, khususnya di wilayah-wilayah yang padat penduduk, dibangun gereja-gereja atau tempat ibadat untuk adorasi abadi.
68. Hubungan pribadi yang dibangun oleh orang beriman dengan Yesus yang hadir dalam Ekaristi melampaui hubungan pribadi itu menuju ke persekutuan seluruh Gereja dan menyuburkan makna yang lebih penuh pada keanggotaan Tubuh Kristus. Karena itu, di samping mendorong orang beriman agar secara pribadi menyediakan waktu untuk doa pribadi di hadapan Sakramen Altar, Saya meraya wajib mendesak paroki-paroki dan kelompok-kelompok gereja untuk menyediakan waktu bagi adorasi bersama.
MENJADI SEDERHANA DAN RENDAH HATI
Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Firman-Nya telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (bdk. Yoh 1:14). Firman-Nya mencerahkan hati kita, membuka mata kita, agar kita mampu juga melihat bahwa dalam diri saudari-saudara kita yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir, Ia pun hadir. Bila demikian, kita akan terjaga jangan sampai kepedulian kita kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir jatuh ke dalam aktivisme filantropis belaka, akan tetapi bersumber dan bermuara pada pengalaman akan kehadiran Yesus dalam diri mereka. Dalam kesadaran ini dapat kita fahami betul firman-Nya, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40) Dengan demkian Ia menyamakan diri-Nya dengan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.
Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman-Nya kekal abadi. Dalam roti Ekaristi Ia menunggu kedatangan kita.
Firman-Nya yang kekal abadi itu kita dengar sekarang ini juga, “Marilah kepada-Ku!” Karena itu, marilah kita tanggapi ajakan Sang Penebus, Sahabat Sejati, agar kita datang kepada-Nya, bersembah sujud di hadapan-Nya, yang sungguh hadir dalam hosti kecil, tetap saja sederhana dan rendah hati. Adorasi Ekaristi, bersembah sujud di hadapan Ekaristi Sakramen Mahakudus dapat kita jadikan kesempatan untuk mengalami keabadian kerahiman ilahi-Nya dalam ruang dan waktu kita yang terbatas. Hanya demi kemuliaan-Nya saja, tanpa perhitungan untung atau rugi di pihak kita.

Sacramentum caritatis, Sanctissima Eucaristia donum est Iesu Christi se ipsum tradentis, qui Dei infinitum nobis patefacit in singulos homines amorem.