Rabu, 25 Juni 2008

Adorasi Ekaristi

ADORASI EKARISTI ABADI
DI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Anjuran Apostolik “SACRAMENTUM CARITATIS” dari Bapa Suci Benediktus XVI tentang Ekaristi, Sumber dan Puncak Hidup serta Perutusan Gereja.
Anjuran Apostolik “Sacramentum Caritatis” merupakan tulisan Paus Benediktus XVI mengenai Ekaristi, Sumber dan Puncak Hidup serta Perutusan Gereja, suatu rangkuman Sinode Para Uskup yang diselenggarakan pada 2 – 23 Oktober 2005. Anjuran Apostolik tersebut ditandatangani oleh Bapa Suci, tanggal 22 Februari 2007, Hari Raya Tahta Santo Petrus. Pada tanggal 13 Maret 2007, pk. 12.30 di kota Vatikan diumumkan melalui siaran pers.
Sebelum menjadi Paus, dalam tulisan-tulisannya Cardinal Joseph Ratzinger, telah juga menekankan makna adorasi Ekaristi sebagai bagian hidup Gereja. Dalam bukunya “Allah dekat pada kita”: Ekaristi, Jantung Kehidupan, misalnya, Paus Benediktus XVI berkata, “Hanya di dalam nafas sembah sujud, perayaan Ekaristi sungguh menjadi hidup.... Komuni dan adorasi tidak berada satu di samping yang lain, atau bahkan berlawanan, tetapi kesatuan yang tak terpisahkan.”
“Dalam cara yang sangat jelas, kepausan Saya berawal ketika Gereja merayakan tahun khusus yang dibaktikan kepada Ekaristi. Bagaimana mungkin saya tidak dapat melihat dalam kebetulan ilahi ini suatu unsur yang harus menandai pelayanan panggilan Saya selama ini? Ekaristi, jantung hidup Kristiani dan sumber misi Gereja yang mewartakan Injil, tidak dapat tidak merupakan pusat tetap dan sumber pelayanan Tahta Petrus yang dipercayakan kepada saya.”




Paus Benediktus XVI dalam Anjuran Apostolik ”Sacramentum Caritatis" menulis mengenai adorasi Ekaristi (66-68).
66. Ada hubungan intrinksik antara perayaan ekaristi dengan adorasi Ekaristi. Setelah pembaruan liturgi berkat Konsili Vatikan II, muncul salah pengertian mengenai hubungan tersebut. Argumentasi yang muncul ialah bahwa roti ekaristi yang diberikan itu tidak untuk dilihat, tetapi untuk dimakan. Dalam Ekaristi, Putera Allah datang menemui kita, adorasi Ekaristi sekedar akibat wajar dari perayaan Ekaristi yang merupakan tindakan adorasi tertinggi Gereja. Menyambut komuni berarti menyembah Dia yang kita terima. Sembah sujud di luar misa memperpanjang dan memperdalam apa yang terjadi selama perayaan liturgi. Sungguh benarlah, bahwa “hanya dalam adorasi penyambutan yang mendalam dan sejati menjadi matang.” Dan pertemuan pribadi dengan Tuhan yang memperkuat misi sosial termuat dalam Ekaristi, yang tidak hanya membongkar tembok-tembok yang memisahkan Tuhan dengan kita, tetapi juga tembok-tembok yang memisahkan kita satu sama lain.
67. Karena itu, bersama seluruh Sidang Pleno, Saya dengan sungguh-sungguh merekomendasikan kepada para pastor dan umat Allah, agar melaksanakan adorasi Ekaristi, baik secara perorangan maupun dalam komunitas. Bilamana mungkin, sangat tepat, khususnya di wilayah-wilayah yang padat penduduk, dibangun gereja-gereja atau tempat ibadat untuk adorasi abadi.
68. Hubungan pribadi yang dibangun oleh orang beriman dengan Yesus yang hadir dalam Ekaristi melampaui hubungan pribadi itu menuju ke persekutuan seluruh Gereja dan menyuburkan makna yang lebih penuh pada keanggotaan Tubuh Kristus. Karena itu, di samping mendorong orang beriman agar secara pribadi menyediakan waktu untuk doa pribadi di hadapan Sakramen Altar, Saya meraya wajib mendesak paroki-paroki dan kelompok-kelompok gereja untuk menyediakan waktu bagi adorasi bersama.
MENJADI SEDERHANA DAN RENDAH HATI
Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Firman-Nya telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (bdk. Yoh 1:14). Firman-Nya mencerahkan hati kita, membuka mata kita, agar kita mampu juga melihat bahwa dalam diri saudari-saudara kita yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir, Ia pun hadir. Bila demikian, kita akan terjaga jangan sampai kepedulian kita kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir jatuh ke dalam aktivisme filantropis belaka, akan tetapi bersumber dan bermuara pada pengalaman akan kehadiran Yesus dalam diri mereka. Dalam kesadaran ini dapat kita fahami betul firman-Nya, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40) Dengan demkian Ia menyamakan diri-Nya dengan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.
Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman-Nya kekal abadi. Dalam roti Ekaristi Ia menunggu kedatangan kita.
Firman-Nya yang kekal abadi itu kita dengar sekarang ini juga, “Marilah kepada-Ku!” Karena itu, marilah kita tanggapi ajakan Sang Penebus, Sahabat Sejati, agar kita datang kepada-Nya, bersembah sujud di hadapan-Nya, yang sungguh hadir dalam hosti kecil, tetap saja sederhana dan rendah hati. Adorasi Ekaristi, bersembah sujud di hadapan Ekaristi Sakramen Mahakudus dapat kita jadikan kesempatan untuk mengalami keabadian kerahiman ilahi-Nya dalam ruang dan waktu kita yang terbatas. Hanya demi kemuliaan-Nya saja, tanpa perhitungan untung atau rugi di pihak kita.

Sacramentum caritatis, Sanctissima Eucaristia donum est Iesu Christi se ipsum tradentis, qui Dei infinitum nobis patefacit in singulos homines amorem.

Tidak ada komentar: