Selasa, 13 Mei 2008

Makna sakramen Babtis

Sakramen Babtis
I. Makna Sakramen Babtis
Perayaan babtisan yang kita rayakan dalam Gereja memliki dasarnya yang kuat dalam praksis Gereja perdana. Kata “Babtis” berasal dari kata Yunani baptizein baptizein yang berarti membenamkan, mencemplungkan atau menenggelamkan ke dalam air, entah seluruhnya atau sebagian.

a. Tradisi Israel
Tradisi Israel mengenal macam-macam pentahiran (im 11-15), termasuk pentahiran menggunakan percikan air (Bil 19,17-22), mandi si sungai (2 Raj 5, 14). Aneka ritus pentahiran yang menggunakan air pada orang Yahudi ini terutama berkembang sejak zaman sesudah pembuangan. Ritus pembersihannya sangat rinci dan rumit untuk orang Yahudi yang mengalami kenajisan seperti menyentuh mayat, orang yang sakit kusta, binatang haram, dsb. Pembasuhan diri sebagai upacara pentahiran dengan menenggalamkan diri dalam air yang bersih dan mengalir ini pada tradisi Yahudi merupakan upacara yang dapat diulang-ulang. Ini berkembang menjadi ritus pembabtisan untuk kelompok Eseni. Dengan babtisan ini, mereka memandang diri sebagai orang-orang atau kelompok terpilih. Ini menjadi semacam inisiasi bagi orang-orang non-Yahudi yang ingin menjadi orang atau warga Yahudi. Kaum proselit itu menjalani ritus babtisan selain juga harus menjalani sunat yang merupakan syarat pokok untuk masuk ke dalam kalangan religius Yahudi. Babtisan Proselit hanya dilakukan sekali saja dan tidak dapat diulangi.

b. Babtisan Yohanes Pembabtis.
Dari segi upacara, babtisan Yohanes seperti babtisan preseit tidak dapat diulang, tetapi berbeda dari babtisan proselit, babtisan Yohanes itu bukan babtisan oleh diri sendiri. Babtisan Yohanes ialah babtisan yang diterimakan oleh Yohanes sebagai nabi utusan Allah. Jadi orang dibabtis oleh orang lain, yakni Yohanes. Babtisan Yohanes merupakan babtisan unutk pengampunan dosa. Pertobatan yang diserukan oleh Yahanes ini tertama berkaitan denagn persiapan diri akan kedatangan Kerajaan Allah (Mat 3, 1-12). Yesus juga merelakan diri dibabtis oleh Yohanes. Dalam Gereja perdana, muncul suatu perselisihan antara murid-murid Yohanes dan murid-murid Yesus Kristus (mat 9,14; Luk 11,1) mengenai siapa yang terbesar diantara dua tokoh ini. Dengan membiarkan diri dibabtis oleh Yohanes, terdapat kesan bahwa tokoh Yohanes lebih besar daripada tokoh Yesus. Padahal, kita memahami bahwa dalam lingkungan kristiani, tokoh Yesus pastilah lebih besar daripada siapapun juga, termasuk Yohanes. Ada dua alasan mengapa Yesus mau dibabtis oleh Yohanes. Pertama, Yesus mau menemparkan diri sebagai pribadi yang ikut menantikan Kerajaan Allah pada akhir zaman. kedua, Yesus mau menunjukkan solidaritas pada bangsa-bangsa yang membutuhkan penyelamatan dari Allah (mat. 3,15).

c. Gereja perdana jelas mempraktikan babtisan kristiani bagi mereka yang mau bergabung ke dalam kelompok murid ( kis 2, 38-41; 8,16; 10,48; 1 kor 12,13). Babtisan kristiani berbeda dengan babtisan proselit karena babtisan kristiani merupakan babtisan yang dilakukan oleh orang lain sebagai pelayannya. Babtisan Kristiani dilakukan dalam nama Yesus Kristus (Kis 2, 38; 10,48) atau dalam nama Tuhan Yesus (kis 8,16).

d. Makna teologi babtisan dalam Perjanjian Baru:
1. Babtisan sebagai tanda iman. Babtisan itu mengandaikan iman dan di lain pihak iman dari orang yang dibabtis harus dihidupi dan dikembangkan dalam seluruh hidupnya (Mat 28,19).
2. Babtisan sebgai penyerupaan pada Yesus Kristus. Dengan babtisan ini, kita menjadi serupan dengan Yesus Kristus (kis 2,38;10,48).
3. Babtisan sebagai pengampunan dosa. Makna babtisan sebagai karunia pengampunan dosa tampak dalam kata-katak st. Petrus “bertobatlah dan hendaklak kamu masing-msing memberi dirimu dibabtis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa (Kis 2, 38).
4. Babtisan mengaruniakan Roh Kudus. Melalui babtisan, kita menerima karunia Roh Kudus. Karunia Roh Kudus memampukan para rasul mengalami Tuhan yang bangkit dan membuat mereka bisa berbicara dengan macam-macam bahasa sehingga semua orang bsia mengerti pewartaan Injil itu (Kis 2,4.8-11).
5. Babtisan mempersatukan kita ke dlaam satu tubuh: Gereja. Melaui babtisan, Gereja dibangun dan tubuh, memasukan setiap pribadi ke dalam suatu relasi orang-orang Kristiani yang memiliki martabat yang sam adan hidup menurut jiwa solidaritas sebagaimana tampak dalam Kis 2, 41-47.
6. Babtisan sebagai karunia hidup baru. Yohanes mengembangkan gagasan babtisan sebagai kelahiran baru. Melalui babtisan, seseorang dilahirkan kembali dalam roh. Ia dikaruniai hidup baru dan sepanjang hidupnya, ia harus mewujudkannya dalam gaya hidup dan tindakannya sehari-hari.

II. Babtisan dalam praksis dan ajaran Gereja
1. Gereja sejak awal menyadari bahwa iman dan hidup sebagai murid merupakan suatu proses pertumbuhan yang berlangsung lama dan membutuhkan bantuan struktural. Artinya orang yang sudah dibabtis maupun orang yang belum dibabtis dan ingin dibabtis perlu mendapat pelajaran dan bimbingan mengenai iman Gereja.
2. Ajaran dan praktik babtisan pada zaman bapa-bapa Gereja masih terus mengembangkan seuruh warisan pemahaman biblis terhadap babtisan.
3. Perkembangan baru terjadi dengan ritus babtisan dan inisiasi umumnya yang ditandai dengan terbentuknya model tahapan dalam babtisan dan inisiasi.
a. Orang-orang yang ingin menjadi kristiani harus menjalani masa katekumenat yang berlangsung selama 3 tahun.
b. Beberapa minggu sebelum malam paska merupakan masa persiapan intensif untuk persiapan babtis.
c. Perayaan dan penerimaan sakramen-sakramen inisiasi dilangsungkan dalam perayaan liturgi malam paska.
d. Pada masa paska, warga gereja yang baru ini menjalani masa mistagogi, yaitu masa untuk memperdalam, memantapkan, dan menghayati iman akan misteri Kristus, serta membiasakan diri pada kebiasaan dan tradisi Gereja.
4. Pada abad IV-V, ada pergeseran perhatian teologis dari penerima babtisan bergeser ke masalah pelayan babtisan. Ini berkembang karan ada masalah dengan donatisme yang menolak keabsaah babtisan yang diberikan oleh orang-orang berdosa dan diskusi yang ramai mengenai dosa asal. Ada pelagianisme yang menolak paham dosa asa.
5. Ada kelompok orang-orang armenia yang ingin bergabung ke Gereja Katolik. Pada konsili florenz( 1439) menyampaikan ajarannya mengenai sakramen babtis yang dipahami sebagai pintuk gerbang kepada kehidupan rohani karena dengan babtisan kita menjadi anggota Kristus dan ditambahkan ke tubuh Gerea. Konsili ini mengungkapkan tentang daftar materia dan forma sakramen babtisan, juga macam rahmat sakramenyang diberikan serta kepada siapa yang dapat menjadi pelayannya.
6. Sejak abat 20 mulai berkembang secara pelan suatu penyerdehanaan ritus inisiasi di Gereja Barat. Pada abad ini juga berkembang gerakan di bidang liturgi, teologi, dan bahkan berbagai bidang kehidupan Gereja. Babtisan dan Krisma merupakan sakramen yang tak terpisahkan dari inisiasi Kristiani yang bersama dengan Ekaristi menjadi sakramen inisiasi yang utuh.
7.
III. Refleksi sistematis: Makna Teologis Sakramen Babtisan
1. Babtisan mempersekutukan kita dengan Yesus Kristus. Babtisan memasukkan seseorang dalam relasi intim dengan Yesus Kristus, ke dalam seluruh peristiwa Yesus Kristus (rm. 6,1-14).
2. Babtisan mempersekutukan kita dengan Allah Tritunggal. Dengan senasib dan bersekutu dengan Yesus Kristus, kita diperskutukan dengan Allah Tritunggal sendiri. Melalui babtisan, kita dimasukkan ke dalam komunitas kasih trinitaris, yaitu dialog kasih antara Bapa dan Putra yang berlangund dalam Roh Kudus. Roh Kudus yang dicurahkan dalam hati kita memungkinkan kita untuk bisa mengalami persekutuan dengan hidup internal dari Allah Tritunggal.
3. Babtisan memasukkan kita ke dalam persekutuan Gereja. Dengan babtisan, seseorang dimasukkan ke dalam Gereja. Denagn dibabtis, seseorang diterima sebagai anggota baru Gereja. Babtis meliputi dua macam gerak, yaiitu realitas komunikasi dan perjumapaan. Seseorang dimasukkan ke dalam Gereja sekaligus Gereja menjadi hidup dan tumbuh dalam diri orang tersebut.
4. Babtisan sebagai ikatan kesatuan ekumenis. Dengan babtisan, kita dipersatukan dengan seluruh umat beriman yang menerima rahmat tahbisan.
IV. Nama Permandian
Nama babtis mempunyai tiga arti, yaitu:
1. Agar keutamaan, kesucian, dan keteladanan orang suci itu terpancar pada orang atau anak itu.
2. Agar orang suci itu membantu orang atau anak itu melalui doa dan relasi khususnya dengan orang tersebut, sehingga orang itu dapat hidup pantas bagi Allah.
3. Nama babtisan itu juga merupakan simbol hidup baru yang diterimanya melalui babtisan.

Tidak ada komentar: