Kamis, 24 April 2008

Makna Inisiasi Kristen


Inisiasi Kristen

  1. Makna Inisiasi Kristen

Inisiasi berasal dari kata inire yang berarti masuk ke dalam atau initare yang berarti memasukkan ke dalam. Gejala umum yang terjadi adalah bahwa setiap kelompok sosial mengadakan dan memakai upacara khusus untuk menerima dan memasukkan orang luar ke dalam kelompoknya secara penuh. Inisiasi juga bisa dibandingkan dengan rites de passage yang diadakan sehubungan dengan siklus hidup manusia. Orang Islam misalnya, dengan cara mengucapkan syahadat. Untuk orang kristen, yang biasanya termasuk dalam inisiasi adalah sakramen baptis, penguatan dan Ekaristi.

Dewasa ini, inisiasi kristen terdiri dari dua upacara pokok, yakni baptis dan penguatan. Asal-usul baptis sebagai inisiasi dari mana? Asal-usule pasti tidak saka tela. Di kalangan umat yahudi, inisiasi dijalankan dengan sunat, sehingga orang dapat masuk di kalangan religius Yahudi (Bar-mizwot). Paulus membandingkan dalam Kol 2:11-13. Dari kalangan Yahudi dikenal baptisan proselit, baptis pada jemaah qumran dan khususnya praktek yang dibuat oleh Yohanes Pembaptis.

Perhatikan Pertama, Baptisan Yohanes dimaksudkan untuk pertobatan, supaya mereka yang bertobat diampuni karena kerajaan Allah sudah dekat. Kedua, baptisan Yohanes menunjuk pada baptisan yang akan dilakukan oleh Yesus, yang akan membaptis dengan api dan Roh Kudus, lambang realitas eskatologis. Kristus askan membaptis dengan pengadilan terakhir, yaitu memberikan pembaharuan hidup ilahi. Hal itu terlaksana dengan wafat dan kebangkitan Kristus. Gereja perdana mengalami dengan kedatangan Roh Kudus. Inisiasi merupakan kenya-taan, bukan upacara: pencurahan Roh Kudus.

Dalam Baptisan Yesus (Mk 1:9-11 par), terdapat dua adegan yaitu pembaptisan Yesus sendiri dan teofani. Dengan ini pembaptisan mau menunjukkan realitas Yesus yang diwahyukan pada orang-orang sekitar, meningkatkan status Yesus menjadi Putera terkasih allah, awal tugas pelaksanaan Kerajaan allah secara publik. Dengan melihat teks Mk 10:38-39 (Yakobus Yohanes mau minum cawan dan baptisan), dan Luk 12:49-50 (Aku datang untuk melempar api:menerima baptisan) dan baptisan Yesus tadi kita menemukan beberapa unsur pokok untuk diperhatikan: air, cawan, api, roh Kudus. Yesus sendiri tidak membaptis (hanya ada satu teks yang mendukung, itupun dikoreksi oleh narator Yohanes bab 3 dan 4), tapi memberi perintah (akhir Matius dengan rumus trinitaris, lain dengan Markus, diragukan dari Yesus sendiri). Dari teks-teks Gereja perdana menjalankan inisiasi, tampak belum ada keseragaman dalam inisiasi. Namun beberapa hal bisa diambil.

Pertama, proses inisiasi mengalami pentahapan: penerimaan kerigma, disertai reaksi/rasa haru, menanyakan apa yang harus dibuat, pertobatan dan diakhiri dengan pembaptisan dan penumpangan tangan. Kedua, muncul soal: kelengkapan terletak pada penumpangan tangan?Ketiga, apa dasar tepat untuk baptisan bayi? Nah teksnya:

  • Kotbah Petrus (Kis 2:14-40).

  • Filipus di Samaria (Kis 8: 4-25).

  • Sida-sida dari Etiopia (Kis 8:26-40).

  • Petrus dan Kornelius (Kis 10:44-48).

  • Paulus di Filipi (Kis 16).

  • Apolos di Efesus (Kis 18) .

  1. Inisiasi dalam Kitab Suci:

Perjanjian Baru tidak mengenal istilah “inisiasi”. Ada dugaan bahwa Perjanjian Baru mau menghindari istilah ini karena lazim dipakai dalam agama agama misteri. Namun, inisiasi sebagai gagasan, sudah muncul dalam Perjanjian baru. Sudah ada praktek penerimaan seseorang ke dalam jemaat dengan baptisan, penumpangan tangan, dan ekaristi.

Berapa gambaran yang penting:

  • Baptisan Yohanes:

Baptisan itu dimaksudkan untuk pertobatan karena Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:4; Luk 3:3). Baptisan Yohanes dilakukan dengan air; dan mengarah kepada realitas Eskatologis yakni dimana Yesus membaptis dengan Roh.

  • Baptisan Yesus (Lih. Mrk 1:9 11):

Yohanes sebenarnya tidak mau membaptis Yesus, tetapi Yesus mendesaknya supaya digenapkan seluruh kehendak Allah. Ada adegan Teofani yakni bahwa sesudah baptis, langit terkoyak, Roh spt burung merpati turun ke atas Yesus utk meneguhkan panggilanNya.

  • Perintah Yesus untuk membaptis:

Sulit untuk menjelaskan apakah secara historis Yesus membaptis atau tidak, karena tidak ada perikope lain yang mendukung teks Yoh 3:22 26. Bahkan Yoh 4:1 2 malah memperkuat keraguan bahwa bukan Yesus yang membaptis.Maka, lebih penting untuk melihat pesan Yesus untuk membaptis: Mt 28:16 20; Mrk 16:15 18. Urutan inisiasi yang dapat kita lihat dalam teks teks ini adalah:

  • menjadikan semua bangsa muridNya,

  • pembaptisan dijalankan dlm nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan

  • pengajaran untuk melakukan perintahNya.

  • Kisah Para Rasul:

Teks Kis 2:14 40; 8:4 25; 8:26 40; 10:44 48; 16:15; 18:25. Belum ada keseragaman dalam jemaat perdana dalam hal inisiasi. Namun beberapa hal bisa dikatakan:

  • proses inisiasi mengalami pentahapan,

  • manakah kelengkapan inisiasi: penumpangan tangan?

  • bagaimana dengan baptisan anak?

  • e) Surat Surat Paulus:

Teks 1 Kor 6:11; 10:2 4; 12:12 13; 15:29; Ef 4:4 6; 5:25 27; Rm 6:1 14; Kol 2:9 15.

  • Paulus tidak menguraikan proses inisiasi pada umumnya. Masalah baptisan hanya disinggung tanpa uraian sistematis.

  • Paulus membandingkan inisiasi Kristen dengan sunat orang Yahudi.

  • Tugas utama adalah bukan membaptis tetapi memberitakan Injil (1 Kor 1:13 17).

  1. Sejarah Singkat Inisiasi Kristen:

Pada abad abad pertama Gereja disibukkan dengan perjumpaannya dengan dunia dan kultur Yunani dan Romawi. Unsur unsur budaya Yunani Romawi masuk dalam khazanah iman Kristen. Pada abad abad pertama inisiasi masih diberikan bersama sama, baik kepada orang dewasa maupun kanak kanak.Mulai pada abad IV praktek penumpangan tangan atau krisma dilakukan oleh Uskup. Tendensi ini dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain :

  • Keyakinan Gereja mengenai dosa asal sehingga baptisan bayi merupakan keharusan. Karena baptisan bayi makin meluas maka dirasa perlu untuk memisahkan baptisan dari penumpangan tangan. Sebab dengan penumpangan tangan Uskup masih dapat bertemu dengan mereka yang semula baptis bayi. Penerimaan orang orang bertobat dari kelompok bidaah; karena baptisan mereka sudah sah, maka perlu penumpangan tangan sebagai tanda penerimaan.

  • Warga Gereja semakin banyak dan tersebar dalam aneka tempat dan wilayah, maka penumpangan tangan semakin menjadi privilege Uskup, agar Uskup mengenal umat dan wilayahnya. Akibatnya muncul tradisi bahwa imam yang membaptis dan Uskup yang menumpangkan tangan.

  • Pada abad pertengahan terjadi perbedaan antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Gereja Timur tetap mempertahankan kesatuan inisiasi sedangkan Gereja Barat cenderung mengembangkan Krisma sebagai upacara sendiri.

Antara abad IX XI pemisahan baptisan dan krisma mencapai puncaknya. Dan pada abad XII baptisan dan krisma sudah dipandang sebagai dua sakramen.Konsili Vatikan II dengan pembaharuan liturgi mencoba mengajarkan kesatuan sakramen sakramen inisiasi. Lih. misalnya: SC 71; bdk. AG 14; dll.

  1. Inisiasi Kristen Merupakan Sakramen Iman Gereja:

Inisiasi Kristen merupakan Sakramen Iman (SC 59, PO 4) dengan mana berkat penerangan Roh Kudus kita menanggapi tawaran penyelamatan yang dari Allah melalui Gereja.Iman mutlak perlu untuk inisiasi Kristen. Iman bukan sekedar persetuju-an terhadap pokok pokok iman dalam syahadat tetapi iman berarti mengikatkan diri kepada Dia yg menjadi pokok iman yakni Kristus. Iman itulah yang menjiwai kita untuk menyerupai pribadi Kristus, me-nyerahkan diriNya secara total. Iman seperti itulah yang memasukkan seseorang kepada dinamika hidup kristiani yang pada hakekatnya adalah menghayati iman yang diakui dalam inisiasi, yang dipupuk oleh inisiasi yang diandaikan sudah ada sebelumnya. Sakramen inisiasi mempunyai daya untuk mendatangkan rahmat, sungguh-sungguh membuka hati orang beriman untuk menerima secara berlimpah. Di dalam inisiasi, iman benar-benar diungkapkan dan diakui serta disaksikan oleh seluruh jemaat.

Dengan menginisasikan orang luar ke dalam dirinya sebagai jemaat pe-nyelamatan, jemaat kristen dengan tegas menyatakan iman kepercaya-annya. Iman kepercayaan yang terungkap itu bukan iman kepercayaan pada umumnya [Yesus Kristus sebagai Tuhan, Anak Allah dan Juru Selamat]. Iman itu adalah iman yang konkret: iman kepercayaan jemaat bahwa Allah dalam Yesus Kristus menyelamatkan orang yang sedang diinisiasikan ini; Allah manawarkan keselamatan kepadanya.

KV II dengan tegas mengajarkan tentang iman itu dalam SC 59. Di sana dinyatakan bahwa sakramen-sakramen [semua] disebutu sakramen iman. Hal ini mau menegaskan dimensi relasional-diagonal dalam sakramen. Dalam sakramen raliatas keselamatan dirayakan, dihadirkan dan ditawarkan kepada manusia. Dengan iman, realitas keselamtan itu dikenal dan ditangkap. Tanpa iman sakramen-sakramen hanyalah simbol-simbol kosong dan tanpa sakramen apa yang diimani itu tidak pernah kelihatan dan berdaya guna secara real. Iman yang dimaksud-kan di sini bukanlah iman pribadi melainkan pertama-tama iman Gereja.

Konsekuensi dari makna sakramen seperti itu adalah bahwa dari si penerima sakramen dituntut sikap aktif, terutama dengan memiliki disposisi yang diperlukan. Disposisi itu adalah iman dan kecondongan atau kesesuian pribadi bagi kurnia rahmat yang ditawarkan dalam sakramen. Itulah intentio recipiendi quod facit ecclesia, artinya penerima sakramen memang mempunyai kehendak untuk menerima apa yang dibuat Gereja.

  1. Inisiasi Kristen Mengungkapkan Tobat (Sakramen Baptis)

Pembaptisan Yohanes

Yohanes Pembaptis menjadi tokoh yang dikenal dalam PB yang menggunakan air sebagai simbol pertobatan. Dalam praktek agama-agama, penggunaan air secara umum adlaah untuk pem-bersihan rohani. Pewartaan Yohanes dipusatkan untuk pertobatan dan pengampunan dosa (Mrk 1:4, Luk 3:3). Pewartaannya bernada eskatologis, hanya pertobatanlah yang menghindarkan orang dari murka Allah. Pertobatan sejati akhirnya harus mengantar orang pada pembaptisan, karena dengan demikian berarti mengikuti jalan kebenaran sepeti diajarkan olehnya (Luk 3:10-14). Tentang bap-tisan Yohanes ini ad 2 kesimpulan yang harus dicatat yaitu:

  • Baptisan Yohanes dimaksudkan untuk pertobatan, supaya mereka yang bertobat diampuni dosanya karena KA sudah dekat.

  • Baptisan Yohanes menunjuk pada baptisan yang akan dilakukan oleh Yesus, yang akan membaptis dengan api dan RK, lambang realitas eskatologis. Kristus akan membaptis dengan pengadilan terakhir yaitu akan memberikan pembaharuan hidup ilahi.

Pembaptisan Yesus

Dalam baptisan Yesus (Mrk 1:9-11), terdapat 2 adegan yaitu pembaptisan Yesus dan teofani (langit terbuka dan RK turun atas Yesus). Dengan pembaptisan mau ditunjukkan:

  • Realitas Yesus yang diwahyukan pada orang-orang sekitar.

  • Meningkatkan status Yesus menjadi Putra terkasih Allah.

  • Awal tugas pelaksanaan KA secara publik.

Sedangkan dalam teofani menunjuk pada pembaharuan hidup dan penjelasan tentanfg status Yesus sebagai Putra Allah. Yesus sendiri tidak membaptis. Ada 2 teks yang menunjuk seakan-akan Yesus pergi membaptis (Yoh 3:22-36, Yoh 4:1-2). Yang pasti Yesus memberikan perintah untuk membaptis: Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, RK (Mat 28:16-20). Yesus memberikan jaminan bahwa Ia akan menyertai para murid-Nya itu sampai akhir zaman. Dalam Mrk 16:15-18, pembaptisan dikaitkan secara sngat erat dengan keselamatan. “siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya, ia akan dihukum”. Secara eksplisit adanya perintah dari Yesus untuk bertobat karena pertobatan inilah yang akan menghasilkan keselamatan. Tampaknya, gereja perdana belum menjalankan inisiasi secara seragam. Namun beberapa hal bisa diambil. Proses inisiasi mengalami pentahapan: penerimaan kerigma menanyakan apa yang harus dibuat dan diakhiri dengan pembaptisan dan penumpangan tangan.

3) Refleksi teologis: Pembaptisan menyatukan umat dengan Kristus.

Pembaptisan terjadi dalam nama YK (Kis 2:38, Kis 10:48). Dengan demikian seseorang dimasukkan ke dalam seluruh pribadi dan persitiwa Yesus. Dalam Rm 6:14, Paulus menyerukan agar orang kristiani menghayati hidup barunya dengan cara mengingat makna dasar pembaptisan. Persekutuan dengan seluruh pribadi dan peristiwa Yesus tentu saja berarti pertobatan dan pengampunan dosa. “Karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya agar kita jangan menghamba-kan diri lagi kepada dosa. Sebab barang siapa telah mati, ia telah bebas dari dosa. Segi pertobatan dan pengampunan dosa memang merupa-kan karunia pokok pembaptisan. Lebih dari itu dengan pembaptisan kita diikutsertakan dan dipersatukan dengan hidup Yesus. Dengan demi-kian, nyatalah bahwa pertobatan dipahami sebagai persekutuan dengan hidup Yesus.

  1. Inisiasi Kristen Memampukan Orang Menjadi Saksi Kristus (Sakramen Krisma).

Sekilas tentang sakramen baptis: SC 59 menyatakan: Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya beribadah kepada Allah. Orang-orang yang sudah dibaptis diharapkan mengarahkan hidupnya untuk membangun Gereja dan membawa warta gembira Kristus sebagai perwujudannya. Upacara inisiasi Kristen yang diawali oleh pembaptisan dengan air mengeksplisitkan peranan personal RK, yang menerangi, membenar-kan dan menguduskan setiap orang yang menerima inisiasi Kristen. Inisiasi kristen menyoroti peranan kolektif eklesial dari RK yang dilambangkan dengan penumpangan tangan dan pengurapan minyak yakni sakramen krisma.

Sakramen krisma adalah menjadi saksi kristus: Dengan penumpangan tangan dan pengurapan dengan minyak di dahi. Seorang jemaat kristen mendapatkan segala hak dan kewajibannya sebagai anggota jemaah bukan hanya sebagai pribadi. RK memampukan dia untuk menunaikan tugasnya yaitu mengaktualkan keselamatan di dalam jemaat, membina diri bersama sebagai jemaat.

Hal ini menyangkut tugas misioner seluruh jemaat. Ia ikut serta dalam imamat Kristus. Dari segi makna, sakramen krsima secara tegas dan eksplisit membuat RK menjadi semkain tampak sebagai kekuatan Gereja. Seorang penerima krisma, berkat RK ikut ambil bagian dalam tugas misioner aktif dan publik, “kalau RK turun atasmu, kamu akan menjadi saksikKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8).

Oleh sakramen krisma, seseorang diangkat dan ditugaskan dengan kekuatan RK menjadi saksi bagi Kristus sebagai Mesias. Seseorang menerima tugas kewajiban membangun dunia menuju penyelesaiann-nya yaitu KA sendiri. Maka sakramen krisma menggarisbawahi aspek sosial dari sakramen inisiasi. Bila sakramen baptis disebut pintu (LG 11) untuk masuk menjadi anggota umta Allah (PO 5) dan mengarahkan ke dalam, sebaliknya sakramen krsima mengarah ke luar karena mewa-jibkan orang untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati (LG 11). Dengan baptis dan krisma orang ditugaskan untuk tugas kerasulan (LG 33). Dengan demikian, inisiasi merupakan proses masuk kemudian pergi keluar untuk diutus. Kedua sakramen ini memungkinkan orang menjadi anggota Gereja yang penuh.

Sakramen krisma artinya Gereja tak hidup untuk dirinya sendiri: Krisma merupakan sakramen khusus yang merayakan RK bagi pembangunan Gereja serta memantapkan tugas perutusannya. RK-lah yang menuntun gerak gereja karena RK merupakan prinsip hidup Gereja. Gereja menjadi simbol real dari keselamatan Allah yang terlaksaana dalam YK. Maka, eksistensi Gereja tak akan bisa dilepaskan dari tugasnya sebagai saksi Kristus dan sakramen keselamatannya. Yesus mengutus para muridNya ke seluruh dunia seperti Ia sendiri diutus oleh Bapa (Yoh 20:21). PerintahNya; “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu (Mat 28:19).






Tidak ada komentar: