Minggu, 09 November 2008
WAKTU SILATURAHMI
Jumat, 07 November 2008
Hidup itu mengenangkan
Jumat, 31 Oktober 2008
Kamera
bahwa yang aku jepret hari kemarin adalah pot bunga yang indah itu.
Beberapa kuntum anggrek sedang memancarkan kelembutannya dan aku
ingin mengabadikan memori manis dan indah ini. Namun hari ini ketika
mengambil hasilnya dari toko cetak photo itu ternyata apa yang
kuperoleh amatlah berbeda. Pot bunga itu nampak amat kabur.
Keindahan anggrek cuma nampak samar-samar. Sementara obyek lain yang
berada jauh di belakang pot itu justru amat jelas kelihatan tanpa
catat dan cela.
Aku kecewa....!!! Mengapa setiap kali aku membidik sebuah obyek
selalu saja nampak kabur??? Mengapa hasil jepretan tangan orang lain
selalu nampak indah mempesona?? Aku bertanya diri. Ketika aku sekali
lagi memperhatikan kameraku, aku menjadi sadar. Ternyata aku yang
amatir ini belum mahir mengontrol fokus kameraku. Bukan gerakan
tangan saat menjepret, bukan posisi berdiri, jongkok atau duduk yang
mempengaruhi hasil sebuah bidikan, walau itu kadang juga penting.
Tapi fokus kameralah yang amat menentukan. Aku masih harus belajar
lagi....
Sebuah cakrawala baru kini terkuak lebar di depanku, saat aku
memperhatikan photo-photo itu. Ternyata hidupku juga bagai menjepret
sebuah pemandangan yang menuntut ketrampilan mengatur fokus. ¡§Aku
harus belajar lagi dan lagi untuk menentukan fokus kamera hidupku
setiap hari.¡¨ Aku berbisik pada diriku.
Terima Kasih Papa
Kuhirup nafas dalam-dalam seakan-akan ingin kuganti semua kepenatan yang ada dalam diriku ini. Telah sekian lama ini, aku hidup dalam kepura-puraan. Berpura-pura menjadi pribadi yang tegar, kuat, sabar... padahal... aku merasa semakin hari semakin merasa putus asa. Aku seperti berjalan dalam kegelapan tanpa setitik lentera penunjuk arah. Aku berjalan tertatih-tatih dengan beban semakin berat kurasakan.
Kucabut rumput-rumput kecil yang tumbuh di atasmu. Kusingkirkan daun-daun yang mengotorimu. Tak kupedulikan lagi tanganku yang mulai kotor. Kuseka keringat di wajahku. Ingin kuberteriak membangunkanmu, tapi....
Kutengadahkan wajahku berusaha mengusir butiran air mata yang mulai menetes di pipiku.
“Papa... berat bagiku mengatakan hal ini. Sebenarnya aku tak rela, tapi...sekarang, aku harus mengucapkannya. Selamat jalan Papa.
Kedengarannya, sangat aneh mengucapkan hal ini karena kutahu papa telah lama pergi. Lebih dari 2 tahun, tepatnya 2 tahun 2 bulan pada hari ini. Namun... aku belum pernah mempunyai kesempatan mengucapkan selamat jalan kepada papa. Waktu itu, aku sedang menikmati kebersamaan bersama papa, memahami kerja papa yang baru, namun papa pergi dan tak kembali lagi.... Semua terjadi tiba-tiba.
Aku betul-betul marah kepada papa karena meninggalkanku. Aku tak rela papa meninggalkanku sendirian. Aku benci menghadiri pemakaman papa. Papa tidak pernah tahu betapa hebat aku menangis setelah itu, sendirian. Aku tidak dapat membiarkan orang lain melihatku menangis karena aku harus kuat seperti papa.
Papa janji mau mengajari Evelyn main gitar, tapi... papa baru sempat mengajarinya beberapa kunci. Janji mengajak Evelyn naik gunung Gedhe? Bahkan papa belum sempat mengajariku mengendarai mobil, padahal papa mengatakan harus segera bisa supaya kalau pergi bareng-bareng, papa bisa istirahat dan gantian tidur di mobil.
Ingin kuceritakan Tius yang berulang kali kulihat mencari perhatianku. Entah berapa kali dia menawarkan untuk main ke rumahnya. Entah berapa kali dia mengajak aku dan Evelyn untuk rekreasi ke puncak di akhir pekan. Dan selama ini aku bisa menolak permintaannya dengan halus. Teman-teman guru malah menggoda aku. Mereka mengatakan bahwa Tius itu naksir dan mencintaiku. Pasti papa akan tertawa dan menggoda aku juga.
Papa..... aku tak yakin, apakah papa telah betul-betul mengenal, Evelyin, putrimu sendiri. Ada saat-saat di mana aku merasa membenci papa ketika aku tidak tau harus bersikap bagaimana terhadap anak kita itu. Dia mulai beranjak dewasa dan kadangkala aku aku mengalami kebingungan bersikak padanya. Rasanya ingin marah, tetapi....
Ada saat aku sungguh merindukan papa untuk duduk di sampingku dan mendengarkan apa yang ingin aku ceritakan. Murid-muridku, teman-teman guru... dan papa harus tau, Evelyn anak kita telah beranjak besar. Kau masih ingat ulangtahunnya kan? Bulan depan, tanggal 13 dia genap 17 tahun. Apakah kau setuju jika dia kita belikan motor baru sebagai hadiah ulang tahun? Atau boleh tidak dia membuat SIM untuk mobil karena dia kadangkala merengek minta dibuatkan SIM. Aku memang pernah menjanjikan kalau sudah berumur 17 tahun, tapi aku juga kuatir karena dia itu cewek, tetapi agak tomboy dan seringkali suka menantang bahaya. Kalau dia kuberi kesempatan mengendari mobil, misalnya ketika pulang dari puncak.... aduh... jalannya seperti setan. Cepat sekali dan suka zig-zag. Persis seperti kamu kalau naik mobil.
Aku juga ingin cerita soal Filo, temen cowoknya yang beberapa waktu ini menjadi obrolan aku dan Evelyn. Atau mengenai Anna, teman dekatnya yang katanya juga mencintai Filo. Aku ingin ngobrol berdua di kursi ayunan depan rumah, makan malam di luar, entah bersama dengan Evelyn atau hanya kita berdua. Aku juga ingin kadangkala papa menemaniku jalan-jalan di mall.
Ada saat ketika aku hanya bisa menangis bersama Evelyn di kamar. Menangis. Tak sanggup melihat film Jersey Girl. Atau ketahuan Evelyn menangis sendirian sambil memandang cermin di kamar. Tidak jarang, aku hanya mampu tersipu malu atau berlagak marah ketika ketahuan Evelyn melamun di ayunan depan rumah yang menjadi tempat kita bersama menghabiskan kopi di sore hari sambil menyanyi bersama.
Tapi kutahu, sekaranglah saat untuk mengucapkan selamat jalan kepada papa dan membiarkan papa pergi. Sebenarnya Aku belum rela dan takut untuk melakukan hal itu, tapi aku harus melakukannya. Aku benci harus meninggalkan papa, tetapi aku harus. Terima kasih karena telah menjadi suamiku. Terima kasih telah mengisi kehidupanku dengan warna istimewamu. Kadangkala kusadari bahwa papa tidak sempurna, tapi papa memberikan Aku suatu permulaan yang baik dan aku akan terus mengingatnya. Aku akan melanjutkannya. Aku akan mengembangkannya.
Bukan berarti aku melupakan papa. Tidak. Tetapi belajar menerima dan terbuka bahwa papa telah tidak ada disampingku lagi. Aku harus belajar menjadi papa dan mama sekaligus untuk Evelyn. Aku harus belajar bahwa kalau terlalu mengenang papa, aku tidak akan bisa berkembang. Aku takut, ini juga akan mempengaruhi perkembangan Evelyn, anak kita jika kau terlalu sedih dan selalu teringat kamu.
Papa.... “
“Mama! Mama!”
Kuarahkan wajahku ke arah orang yang memanggil namaku. Kulihat Evelyn didepanku. Masih ada bekas aliran air mata di wajahnya. Sama dengan diriku.
“Ma?!”
Aku tersenyum sambil menyeka bekas air mata di pipiku.
“Yuk kita pulang. Nanti nenek kebingungan menunggu kita kelamaan. Perut juga sudah lapar. Besok kita kembali ke Bandung. “
Kugandeng tangannya dan kupandang pusara makam Filo, suamiku.
“Selamat tinggal, papa. Aku pulang dulu ke Bandung. Besok aku berkunjung kembali.”
Aku masih sangat mencintainya. Smoga aku dapat menempatkan cinta itu dengan benar. Aku pernah berkata kepadanya bahwa kalau bisa mengenal cara untuk mencintai, lima puluh persen adalah karena dia... Apalagi hadiah yang lebih besar yang bisa diberikan seseorang kepada orang lain selain belajar mencintai? Aku harus berterimakasih kepada seseorang yang telah meluangkan waktu agar Aku bisa memberikan dan meneruskan cinta itu kepada buah hati dari cinta kami berdua.
Memang papa telah pergi. Namun, aku tidak sendirian. Ada Evelyn yang menjadi penggantinya. Ketika aku sungguh rindu dan putus asa, Evelyn menjadi semangat untuk tetap hidup, untuk tetap tersenyum dan melihat bahwa semuanya baik-baik saja.
“Terima kasih Papa. Tuhan, berilah kedamaian untuk suamiku tercinta. Berilah aku kekuatan untuk menjalani hidup yang masih kaupercayakan kepadaku. Berilah kesabaran dan cinta yang semakin besar dalam mendampingi Evelyn, anak kami dan tuntunlah dia agar menjadi anak yang baik.”
Tentang aku
Banyak yang mengatakan bahwa orang hidup di dunia ini karena ingin bahagia. Namun, di pertengahan jalan ternyata menghadapi sebuah tantangan hidup yang membuat tidak mampu lagi meyakini bahwa apa yang sedang dicari adalah kebahagiaan. Yang ada hanya kosong, tak tau mau berbuat apa, tak tau siapa yang akan aku ajak bicara, hanya….aku hanya saja sedang merasa sendiri…pernah aku mencari sesuatu yang mampu membuatku lupa dengan segala permasalahanku…dengan hingar-bingar…dengan mencari sesuatu yang sekiranya membuatku mampu melupakan apa yang sedang terjadi padaku… saat itu,aku merasa senang…bukan bahagia,aku merasa senang..aku merasa senang..namun,, ketika itu semua sudah tidak ada di depan mataku, aku hanya merasakan kosong..kosong dan kosong. Hampa…tak ada artinya,semu saja semua itu. Aku merasakan kepedihan yang bahkan lebih mendalam. Lebih perih…
Yah…memang tidak selamanya aku mengalami keterpurukan. Ada kalanya aku juga merasakan kebahagiaan, aku merasakan bahwa dunia ini begitu indah..begitu berwarna. Saat kurasakan kebahagiaan itu, aku merasa ingin hidup seribu tahun lagi untuk tetap merasakan kebahagiaan itu. Aku bisa tertawa terbahak-bahak seakan-akan aku tidak pernah merasakan kepedihan. Aku merasakan semangat yang luar biasa yang mampu membuatku melakukan sesuatu yang kuduga tidak akan pernah bisa kulakukan. Aku berbahagia, berbunga-bunga seakan-akan hanya kebahagiaan yang ada di depan mata. Itu terjadi seakan-akan aku lupa bahwa hidup itu tidak akan selalu indah…maybe it’s too good to be true…lupa bahwa suatu saat akan berada di bawah. Memang benar-benar menyenangkan saat ini.
Setelah aku merasakan keduanya, aku mulai mengetahui bahwa aku adalah orang yang ekstrim..saat aku merasakan kebahagiaan…sungguh, aku merasakan kebahagiaan yang tiada taranya…tidak ada orang yang mengalahkan kebahagiaanku saat aku bahagia…tapi di saat yang lain, ketika aku sedih…bagaikan tidak akan ada lagi hari esok…sebuah keterpurukan yang mendalam…serasa aku jatuh ke jurang yang amat dalam di mana tidak ada kemungkinan bagiku untuk bangkit…untuk berdiri lagi dan berlari.
Ada satu hal yang menarik yang aku perhatikan ketika aku mengalami entah kesedihan, entah kegembiaraan, yaitu di peristiwa yang penting dalam hidupku itu ada sahabat di sampingku. Sahabatku selalu menyertaiku apa pun yang terjadi. A friend in need is a friend indeed. Kadang aku sendiri merasa tidak enak dengan sahabatku. Ketika aku sedang mengalami masalah, aku ingin sahabatku itu sungguh-sungguh mengerti keadaanku. Dan memang demikian. Sahabatku itu selalu mengerti aku. Tapi ketika sahabatku itu mengalami masalah, kadang aku melupakan bahwa sahabatku selalu ada di sampingku..ada kalanya aku tidak mampu untuk memahami yang terjadi pada sahabatku. Mungkin bisa juga disebut aku adalah orang yang egois. Saat aku ingat itu, aku sungguh malu pada diriku sendiri. Aku sungguh-sungguh malu. Apa yang telah aku lakukan?
Maafkan aku sahabatku…maafkan aku karena aku masih terbuai dengan duniaku sendiri..maafkan aku karena aku kadang tidak mengerti dirimu…aku..aku…tak tau lagi apa yang mau aku katakan lagi padamu.. terima kasih… sahabatku…kau memang yang terbaik…you’re the best..
Marilah kita berdiri…kita saling bergandengan tangan satu sama lain…dan pandang mata teman di depan kita dan ucapkan dalam hati… kau sahabatku…aku akan berjalan di sampingmu selalu…ingat itu…
Jikalau ada sebuah kesalahan yang pernah kita lakukan pada teman kita…ucapkan dalam hati… maafkanlah aku sahabatku..aku belum bisa menjadi sahabat yang baik….
Sabtu, 11 Oktober 2008
STRATEGI UNTUK MENJADI POSITIF DLM DUNIA YG NEGATIF
Saya bertanya padanya, "Chiqui, apa yang membuat Anda menjadi seorang yang begitu positif?""Keluarga saya," ia tersenyum. "Saya menerima cinta yang melimpah dari mereka." Ia memberi sebuah contoh yang sangat luar biasa tentang kasih yang ia alami.
"Natal bertahun-tahun yang lalu, sebuah panti asuhan mengadakan suatu program yang disebut Share-A-Home (Berbagi Sebuah Rumah). Hanya selama liburan Natal, orang tua saya sepakat untuk menerima dua anak yatim piatu, kembar laki-laki, berusia satu setengah tahun. Tapi setelah satu minggu berlalu, ibu saya tidak mengembalikan mereka ke panti asuhan. Kedua anak kembar itu harusnya tinggal bersama kami selama satu minggu. Mereka telah tinggal bersama kami selama 25 tahun."
Ia juga menceritakan pada saya kisah lain yang menyentuh.
"Ayah saya meninggal dalam usia 72. Pada hari terakhir pemakaman, keluarganya yang lain muncul.
Seorang wanita dan tiga anak..."
"Oh tidak...," kata saya.
"Ya. Kami sangat terkejut."
"Tak seorangpun mengetahuinya? " tanya saya.
"Tak seorangpun tahu. Ayah saya selalu pulang ke rumah setiap hari. Jadi ketika keluarganya yang lain muncul, saya ingat kalau saya berbicara pada ibu saya dan bertanya, "Apa yang harus kita lakukan?" Ibu saya menjawab singkat, "Saya sudah memaafkannya. "
Saya melongo.
"Ya," kata Chiqui, "Itulah tipe ibu yang saya miliki. Ia memiliki kasih yang melimpah untuk diberikan. Sekarang Anda tahu mengapa saya seperti ini." "Amin."
"Saya sangat diberkati,Bo. Saya sungguh diberkati"
Dalam usia 32, ia sudah menjadi seorang Presiden dari sebuah perusahaan periklanan raksasa, dan kemudian, sebagai Vice Chairman. Sekarang, ia adalah Presiden dan CEO dari sebuah perusahaan fantastis, Y&R Philippines, bagian dari perusahaan multi-nasional yang sudah berumur 60 tahun. Dalam terminologi saya, Chiqui adalah sebuah"Magnet Berkat".
Mengapa? Karena ia menarik banyak berkat dengan caranya berpikir, merasa, percaya, dan bertindak. Berikut adalah 6 cara bagaimana Anda dapat menjadi sebuah magnet- berkat, dan menjadi positif dalam sebuah dunia yang negatif:
Rasakan cinta. Terima cinta dari orang-orang di sekeliling Anda, tidak perduli betapa kecil dan tidak sempurnanya cinta itu. Rayakan setiap isyarat cinta yang Anda terima. Jadikan itu sebagai suatu hal besar! Dan Anda akan menemukan bahwa Anda akan menerima cinta yang lebih dan lebih lagi.
Bersyukur. Bersyukurlah untuk setiap berkat kecil yang Anda terima. Sebelum tidur, hitunglah paling tidak 5 berkat yang Anda terima pada hari itu. Bahkan bersyukurlah untuk hal-hal buruk, karena pasti ada berkat di dalamnya. Rasa syukur menarik leibh banyak berkat untuk menghampiri Anda.
Percaya. Ya, lakukan semua yang dapat Anda lakukan! Tapi pada akhirnya, berhentilah merasa kuatir. Sebaliknya, bersandar dan percayalah pada Tuhan. Percaya bahwa yang terbaik akan datang.
Miliki sebuah visi. Saat Anda mempunyai sebuah visi yang terperinci, tergambar, mengobarkan semangat dalam hati Anda, Anda pasti akan menjadi positif. Dan ini adalah pengalaman hidup saya yang sangat nyata: Visi yang sangat kuat dalam bayangan Anda akan menarik semua berkat yang Anda butuhkan untuk memenuhi visi tersebut. Anda akan terkejut. Berkat-berkat itu akan datang begitu saja, bergulir ke kaki Anda, memohon Anda untuk menerimanya.
Cintai diri Anda. Bersungguh-sungguh dalam mencintai diri Anda. Hormati diri Anda. Jangan meremehkan diri Anda, jangan membatasi diri Anda, dan jangan menghina diri Anda. Penuhi kebutuhan Anda. Perhatikan diri Anda dengan seksama. Jika Anda lakukan itu, orang lain akan menghormati Anda, mencintai Anda, dan memenuhi kebutuhan Anda juga.
Cintai orang lain. Apapun kasih yang Anda beri, Anda akan menerimanya kembali berlipat-ganda. Karena itu bangunlah setiap pagi karena Anda ingin mencintai. Jadikan cinta sebagai tujuan hidup Anda. Ketika Anda menjadikan cinta sebagai alasan untuk segala sesuatu yang Anda lakukan, sekalipun jika badai gelap menyelimuti Anda, matahari akan selalu bersinar dalam hati Anda.
Semoga mimpi Anda menjadi kenyataan.
Kamis, 04 September 2008
Belajar menanggung resiko
Risiko memiliki komponen ketidakpastian. Seumpama seseorang meloncat dari gedung berlantai 21 dan mengenakan parasut di punggungnya, ia tidak punya kepastian apakah nantinya parasut itu terbentang dengan baik ataukah tidak. Jika parasut itu gagal di kembangkan, dia berisiko terluka atau meninggal. Tetapi jika ia terjun tanpa parasut, jelaslah ia pasti meninggal dan berarti ia sama sekali tidak menghadapi risiko. Karena risiko itu ditandai dengan berbagai kemungkinan atau ketidakpastian.
Risiko juga bersifat perorangan. Kalaupun misalnya terjadi luberan lumpur panas seperti yang terjadi di Porong - Jawa Timur itu pasti tak hanya dihadapi perusahaan pengebor gas bumi. Tetapi risiko luberan lumpur panas tersebut juga menimpa semua komponen, diantarnya para pemegang saham, kreditur, dewan direksi, pegawai, terlebih penduduk sekitar yang harus mengungsi meninggalkan rumah dan harta benda karena terendam lumpur panas, dan lain sebagainya.
Kita menghadapi risiko setiap hari entah pada saat kita menyeberang jalan, makan, sekolah atau mengejar angkutan kota untuk berangkat kerja atau bahkan pada saat tidur. Beberapa sikap hati-hati sekalipun juga mengandung risiko. Contoh kita mencuci buah-buahan dan sayuran dengan larutan khusus supaya terhindar dari dampak penggunaan pestisida yang melekat pada buah-buahan dan sayuran. Tetapi ternyata langkah tersebut juga memiliki konsekuensi negatif yaitu berkurangnya vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya.
Dengan kata lain, risiko menguasai berbagai area dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan profesional dimanapun kita berada. Kendati demikian, jangan sampai kita berkeinginan untuk tidak menghadapi risiko, karena hal itu sangatlah tidak produktif. Segala risiko tak harus mengganggu kelangsungan aktifitas kita sehari-hari ataupun upaya kita untuk menjadi lebih baik.
Baiknya kita tidak belajar bagaimana menghadapi risiko dari anak kecil yang mencoba memulai langkah-langkah pertamanya. Umumnya mereka teguh berusaha melangkah, walaupun risikonya ia harus berkali-kali terjatuh. Lambat laun setelah terus mencoba, maka ia akan dapat berjalan bahkan berlari.
Contoh lain anak kecil itu ingin mengambil sesuatu di atas meja yang lebih tinggi dari tubuhnya sendiri. Untuk mendapatkan posisi yang strategis dan dapat menjangkau benda tersebut mungkin ia berusaha menyusun beberapa kursi. Bisa jadi ia berhasil mendapatkan posisi yang ideal, tetapi tak jarang ia harus menghadapi risiko kursi terguling dan ia terjatuh ke lantai.
Yang sering terjadi, anak itu mungkin menangis sebagai bentuk ungkapan rasa sakit. Tetapi itu hanya sebentar. Ia akan berusaha sekali lagi, dan tak pernah putus asa mencoba terus. Ketika ia sudah berhasil menjangkau benda yang ia maksud, ia pasti sudah melupakan rasa sakit atau kepalanya yang benjol akibat berulangkali terjatuh.
Sikap anak kecil sebenarnya pelajaran bagi kita untuk terus berupaya meskipun nantinya kita mungkin menghadapi risiko. Mereka yang gagal karena memilih berhenti ketika menghadapi risiko, misalnya gagal, ditipu orang, krisis karena situasi bisnis kacau dan lain sebagainya. Tetapi tak sedikit diantara mereka yang sangat berhasil karena menjadikan kegagalan sebagai pelajaran berharga dan terus berupaya.
Pebisnis sukses seperti Donald Trump berani berinvestasi pada bisnis-bisnis potensial tetapi berisiko tinggi. Ia pernah menanggung risiko kebangkrutan dan hutang sebesar 2 milyar USD pada tahun 1990-an. Sampai-sampai ia tak dapat membayar hutang tersebut. Tetapi pria lulusan University of Pennsylvania’ s Wharton School itu tetap optimis dapat menciptakan sesuatu yang besar dan istimewa.
Ia kembali memanfaatkan kemampuan bernegosiasi dan kepintarannya untuk kembali berinvestasi. Ia memiliki keberanian menembus dunia bisnis yang penuh dengan risiko dan melakukan manuver bisnis yang paling luar biasa dalam sejarah, sampai akhirnya mampu merajai bisnis di bidang perhotelan, kasino, real estate dan lain sebagainya. Keberanian melangkah sekaligus menanggung risiko berbisnis menjadikan Donald Trump sekarang sebagai salah seorang terkaya di dunia.
Seandainya Donald Trump tak memulai langkahnya di dunia bisnis, dijamin pasti dia tak akan mengalami risiko gagal. Dengan kata lain, orang-orang sukses di dunia ini memulai segala segala keberhasilan dengan berenang dalam lautan risiko. Jika kita memilih sukses, maka langkah yang paling tepat untuk menyongsong sukses itu adalah segera memulai dan terus mencoba.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasanya kegagalan adalah bagian dari paket kesuksesan. Jika kita menyerah pada saat kita gagal maka kita tak akan pernah menyadari begitu dekat posisi kita dengan kesuksesan itu. Bila kita cukup memahami bagaimana cara menanggung risiko dari seorang anak kecil, maka jangan pernah lagi menghitung berapa kali kita gagal, melainkan menentukan secara pasti kapan kita bisa sukses dengan berusaha, berubah, dan memperbaiki strategi secara simultan atau terus menerus.
Selasa, 26 Agustus 2008
Bapak Mengajariku Mengatakan “Cukup”
Bapak... aku merasa bahwa kasihnya tidak pernah habis. Selalu ada untukku, selalu ada untuk kakak dan adikku. Bersama dengan ibuku, setiap hari menjadi kesempatan berpesta kasih sayang dari Bapak dan Ibu. Semenjak aku kecil, aku telah diajari untuk mengasihi, terlebih untuk menerima kasih Bapak melalui hal-hal sederhana yang kualami setiap hari.
Aku masih ingat, setiap pagi Bapak membangunkanku untuk mandi, siap-siap berangkat sekolah. Ibuku dengan diam tanpa bicara memasak makanan untuk sarapan pagiku. Satu hal yang kupelajari dari Bapak adalah bersyukur atas hari ini, bersyukur atas apa yang dialami. Memang, tidak selamanya indah dan menyenangkan, tapi tidak tau mengapa Bapak bisa membuat hal itu menjadi suatu hal yang disyukuri.
Bapakku adalah seorang petani sederhana yang tidak mempunyai penghasilan tetap. Namun, yang selalu membuatku heran adalah ayah tetap gembira. Bahkan ketika tidak ada uang di kantong, Bapak tetap gembira. Ketika tidak ada sayur, Bapak mengajakku pergi ke kebun memetik daun singkong, daun bayam, untuk dimasak jadi sayuran. Ketika, tidak ada lauk, Bapak mengajakku pergi ke sungai, memancing ikan dan dijadikan lauk. Memang tidak berlebih, tetapi selalu cukup untukku, kakaku, adikku, ibu, dan Bapak sendiri. Tidak jarang, lauk bagian Bapak berpindah ke piringku atau piring adikku. Aku dan adikku hanya tersenyum kegirangan mendapat tambahan lauk. Sedangkan ibu dengan senyumnya, membagi lauknya menjadi dua, untuk kakakku dan untuk Bapak. Sambil tersenyum pula, Bapak membagi lauknya untuk dirinya dan ibu. Selalu dan selalu begitu.
Bapak mengajarkan aku untuk berani mengatakan cukup. Ini lebih dari cukup untuk bersyukur kepada Tuhan. Ketika orang lain mengeluh tidak punya televisi, Bapak dengan tenang mengatakan, “Kita memang tidak punya televisi, tetapi punya tetangga yang baik, yang bisa kita tumpangi untuk nonton televisi. Bahkan sambil nonton kita bisa mendapat snack, teh manis, atau kue yang lain” Lain lagi ketika ada tetangga yang mempunyai sepeda motor baru, Bapak berkata, “Memang kita tidak mempunyai motor, tetapi kita bisa bergembira dan bercerita bersama banyak tetangga ketika bersama-sama naik angkutan untuk pergi ke pasar.” Ketika rumah terkena longsor tahun 2000, Bapak tetap tenang dan tidak panik. “Memang kita tidak punya rumah saat ini, tetapi kita bisa numpang di tetangga. Kita bisa menikmati keindahan malam hari dan sendau gurau bersama tetangga. Dan yang pasti aku tidak kehilangan kamu, kakakmu, adikmu, dan ibumu. Itu lebih dari cukup.” Ketika rumah sudah berdiri kembali, walaupun lebih kecil, Bapak dengan tenangnya mengatakan, “Memang rumah kita kecil, tetapi malah menjadi tanda bahwa kita yang kecil ini bisa saling berbagi kesempatan untuk merawat rumah ini secara bersama-sama.’ Selalu ada alasan atau selalu ada situasi yang membuat Bapak bisa bergembira, bersyukur dan mengatakan cukup atas apa yang telah diperoleh dalam hidup ini.
Ketika aku sempat merasa malu dan iri dengan teman-teman yang mempunyai rumah lebih besar dan indah, sekali lagi Bapak mengatakan, “Nak, jangan sampai kamu dipermalukan oleh rasa malu, minder, rasa kecil yang ada di hatimu. Kamu harus belajar bahwa kita harus lepas bebas dari rasa dan keterikatan hal-hal materi di dunia ini. Mempunyai rumah kecil, apa besar bukanlah jaminan bahwa selalu bisa tersenyum, bersyukur, dan bergembira. Jangan lupakan bahwa yang menjadikan rumah kita nyaman adalah kita yang selalu bersyukur kepada Tuhan, bukan karena besar atau indahnya rumah kita. Keberadaan satu dengan yang lainnya, kamu, adikmu, kakakmu, dan ibu adalah sumber kebahagiaan satu dengan yang lain.”
Ketika suatu kali kutanya mengapa Bapak tidak pernah merayakan ulang tahun, entah dengan sekedar memotong ayam atau apa begitu, dengan tenang Bapak mengatakan, “Nak, setiap hari Bapak merayakan ulang tahun dan mendapat hadiah yang istimewa dan tidak ternilai. Melihatmu senang, berbahagia, dan pulang ke rumah dengan gembira merupakan kado yang diberikan Tuhan setiap hari kepadaku. Mengapa aku harus meminta yang lebih besar, jika hadiah yang terbesar dari Tuhan sudah kuterima.”
“Terima kasih Tuhan, aku boleh mempunyai Bapak yang sempurna, amat sempurna untukku. Terima Kasih Tuhan.”
Engkau beri aku ....
langit tuk kuhiasi bintang dan awan
harapan dikala kucemas
hari esok sebelum malam berlalu
cerita saat kubersamaMu
HadirMu dalam hidupku
Indahkan jalan yang berlalu
Ciptakan rasa menjadi cinta
Menopang hidup tuntun langkahku
Trima kasih....
Kaunyalakan cahaya dalam langkah-langkahku
Kaukobarkan rasa saat kujumpa diriMu
Kauciptakan harapan dalam setiap keterpurukanku
Menghalau setiap goncangan menjadi cinta
Tinggal berlalu sembuhkan luka
Setiap duka dan ria menjadi cinta
Kudengar semakin menjadi nyata
“Jangan takut, Aku mengasihimu. “
Dan kujawab dengan seluruh cintaku
Aku juga....
Anakmu yang amat bangga dengan Bapak
Florentius Hartanta
Rabu, 20 Agustus 2008
BAGAIMANA BEKERJA DI TEMPAT YANG TIDAK MENYENANGKAN
YAKINKAN DIRI BAHWA ENGKAU ORANG KATOLIK
KENAKANLAH SENJATA DARI ALLAH SEBELUM PERGI BEKERJA.
2. JANGAN MENGHARAPKAN UNTUK DIHARGAI.
PENGHARAPANMU HANYA UNTUK MENDAPATKAN UPAH.
JANGAN DATANG KE TEMPAT KERJA UNTUK MEMILIKI HUBUNGAN PRIBADI.
JANGAN MEMBIARKAN APA YANG ENGKAU KERJAKAN MEMPENGARUHI SIAPA DIRIMU.
3. KERJAKAN TUGASMU DENGAN BAIK, TAPI INGAT MISIMU.
ALLAH MENEMPATKAN ENGKAU DISANA SUPAYA MENJADI TERANG.
CARILAH KESEMPATAN UNTUK MERUBAH SUASANA KERJA TANPA MENIMBULKAN MASALAH.
ENGKAU MEMILIKI ALLAH UNTUK DIAJAK BICARA.
ENGKAU SEDANG MENGERJAKAN TUGASMU.
KEKUATANMU ADA DALAM KETENANGAN DAN KEMAMPUANMU.
5. JANGAN BIARKAN SUASANA KERJA MEMPENGARUHI DIRIMU.
ENGKAULAH YANG HARUS MEMPENGARUHI SUASANA KERJA DAN BUKAN SEBALIKNYA.
HENTIKAN PERGI BEKERJA UNTUK DICEKOKI-KAMU BEKERJA BUKAN UNTUK MENERIMA, TETAPI UNTUK MEMBERI.
6. TAMBAHLAH KEMAMPUAN UNTUK BEKERJA DENGAN BERMACAM ORANG.
BAHKAN ALLAH SERINGKALI MEMBERKATIMU DENGAN ORANG YANG TIDAK KAMU SUKA.
7. INGATLAH BAHWA TEMPAT DIMANA KAMU BEKERJA BUKAN MERUPAKAN ARAH KEMANA KAMU PERGI.
INI AKAN MENJADIKANMU FRUSTASI.
ALLAH MEMPUNYAI RENCANA DALAM KEHIDUPANMU.
TETAP ARAHKAN PANDANGANMU PADA HARGANYA.
KETIKA PETRUS MELAKUKAN INI, DIA DAPAT BERJALAN DI ATAS AIR KETIKA ORANG LAIN TENGGELAM.
8. DAPATKAN HASIL YANG OPTIMAL DENGAN KEKELIRUAN YANG MINIMAL.
MENJADI EFEKTIF TANPA MEMBUAT SUASANA KERJA BERTAMBAH BURUK.
9. JANGAN BERHUBUNGAN HANYA DENGAN SATU GRUP ATAU KELOMPOK ORANG TERTENTU.
LABEL HANYA MEMBATASI KEMAMPUANMU.
ALLAH MAU ENGKAU BEKERJA DENGAN SEMUA ORANG, TIDAK HANYA DENGAN KELOMPOK TERTENTU SAJA.
PERGUNAKANLAH SEMUA KEMAMPUAN DAN ANUGERAH YANG TELAH DIBERIKAN.
10. SELALU MEMUJI DI HATIMU
SIMPAN TEMPAT YANG SUCI DI JIWAMU BERSANDARLAH PADA TUAN
TUHAN MEMBERKATI DAN AGAR ENGKAU MENJADI BERKAT BAGI ORANG LAIN !!
Berkat Yang Tersamar
bertanya-tanya mengapa TUHAN membiarkan hal itu terjadi? Terlebih
bila selama ini kita merasa telah menjadi anak Allah yang baik.
Mengapa hal-hal buruk masih terjadi pada kita? Ada
peristiwa-peristiwa dalam hidup kita yang sulit dimengerti pada saat
kita mengalaminya. Kita hanya dapat berpasrah padaNYA, percaya bahwa
DIA tidak akan memberikan yang buruk kepada kita (bdk Yer 29:11).
Ilustrasi di bawah ini mungkin dapat membantu kita memahami bahwa
sebenarnya di balik “kemalangan” itu ada berkat yang tersamar, yang
belum kita sadari pada saat itu.
Ada sebuah kisah tentang seorang raja yang mempunyai seorang teman
baik. Temannya ini punya kebiasaan berkomentar, “Ini bagus!” atas
semua situasi dalam hidupnya, positif maupun negatif.
Suatu hari Sang Raja dan temannya pergi berburu. Temannya
mempersiapkan dan mengisikan peluru untuk senapan Sang Raja.
Kelihatannya Sang Teman melakukan kesalahan dalam mempersiapkan
senjata tersebut, karena setelah raja menerima senapan itu dari
temannya, senapan itu meletus dan mengenai jempolnya.
Seperti biasa Sang Teman berkomentar, “ Ini bagus!”, yang oleh raja
dijawab, “Tidak, ini tidak bagus!” dan raja tersebut menjebloskan
temannya ke penjara.
Kurang lebih setahun kemudian, Sang Raja pergi berburu ke daerah
yang berbahaya. Ia ditangkap oleh sekelompok orang kanibal, kemudian
dibawa ke desa mereka. Mereka mengikat tangannya dan menumpuk kayu
bakar, bersiap untuk membakarnya. Ketika mereka mendekat untuk
menyalakan kayu tersebut, mereka melihat bahwa Sang Raja tidak
mempunyai jempol. Karena percaya pada tahayul, mereka tidak pernah
makan orang yang tidak utuh. Jadi mereka membebaskan raja itu.
Dalam perjalanan pulang, raja tersebut ingat akan kejadian yang
menyebabkan dia kehilangan jempolnya dan merasa menyesal atas
perlakuannya terhadap teman baiknya. Raja langsung pergi ke penjara
untuk berbicara dengan temannya. “Kamu benar, “ katanya, “baguslah
bahwa aku kehilangan jempolku.” Dan ia menceritakan kejadian yang
baru dialaminya kepada temannya itu. “Saya menyesal telah
menjebloskan kamu ke penjara begitu lama. Saya telah berlaku jahat
kepadamu.”
“Tidak,” kata temannya,”Ini bagus!”. “Apa maksudmu, ‘Ini bagus!’?
Bagaimana bisa bagus, aku telah mengirim kamu ke penjara selama satu
tahun.” Temannya itu menjawab, “Kalau kamu tidak memenjarakan aku,
aku tadi pasti bersamamu.”
-----------------
Kehilangan jempol ataupun kebebasan karena di penjara bukanlah hal
yang menyenangkan. Namun karena 2 peristiwa itulah, Sang Raja dan
temannya tidak menemui ajalnya dalam peristiwa tahun berikutnya.
Demikian pula dalam hidup kita, ada peristiwa yang menyebabkan kita
kehilangan materi, mata pencaharian bahkan orang yang kita kasihi.
Tentu saja itu membuat kita sedih, kesal, marah, bahkan menggugat
TUHAN karenanya. Beberapa di antara kita mengalami pergumulan batin
yang panjang karena penolakan kita atas kejadian yang tidak
menyenangkan ini. Ada yang menolak begitu keras, sehingga menjauh
dari TUHAN.
Namun jika kita dapat mengikuti sikap teman raja di atas, yang
secara positif menerima setiap peristiwa baik maupun buruk dalam
hidup kita, niscaya suatu hari nanti kita akan menyadari adanya
berkat-berkat yang tersamar dalam setiap peristiwa yang kita alami.
Jadi, seperti kata Anthony de Mello, marilah belajar untuk berkata
“YA” terhadap setiap peristiwa dalam hidup kita. “YA” berarti
menerima tanpa syarat segala sesuatu yang direncanakan TUHAN dalam
hidup ini. Pada saatnya nanti, kita akan dapat “melihat”
berkat-berkat yang tersamar dalam berbagai peristiwa di kehidupan
kita; karena TUHAN bekerja dengan caraNYA yang misterius, yang tidak
terselami oleh keterbatasan akal kita
Sesuatu yang besar
Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangatlah gampang, cukup hanya memelihara kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak kecil bekerja di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak kecil juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Teman-temannya yang lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si anak kecil ditarik / diajak bekerja di tempatnya.
Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup hanya bersedia merugi sedikit saja
Seorang anak berkata kepada ibunya: "Ibu hari ini sangat cantik".
Ibu menjawab: "Mengapa?" Anak menjawab, "Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah."
Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, cukup hanya perlu tidak marah-marah.
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata, "Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur." Petani menjawab, "Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku."
Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup hanya membiarkan dia rajin bekerja.
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya, "Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?"Ada yang menjawab, "Cari mulai dari bagian tengah." Ada pula yang menjawab, "Cari pada rerumputan yang cekung ke dalam." Dan ada pula yang menjawab, "Cari pada rumput yang paling tinggi." Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat, "Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana."
Ternyata mencari jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup hanya menghitung dari langkah 1 hingga 10, jangan loncat-loncat.
Ada sebuah toko yang lampunya selalu terang-benderang.
Seorang pembeli bertanya, "Lampu merk apa yang dipakai sehingga begitu awet?"
Pemilik toko berkata, "Lampu kami juga sering rusak, dan begitu rusak langsung diganti."
Ternyata cara memelihara tetap terang sangat mudah, cukup hanya sering diganti saja.
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan, "Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku." Katak ‘pinggir jalan’ menjawab, "Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah." Beberapa hari kemudian katak ‘sawah’ menjenguk katak "pinggir jalan" dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hanya hindari kemalasan saja.
Ada seekor anak ayam saat menetas dari telur, kebetulan ada kura-kura yang lewat, sehingga sejak saat itu si ayam memikul kulit/kerak telur seumur hidupnya.
Ternyata sangat mudah melepaskan beban berat, cukup hanya meninggalkan kekeras-kepalaan saja.
Jumat, 11 Juli 2008
MENCARI KEBAHAGIAAN
Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai.Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha
meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada. Manusia buta karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan. Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan nomor satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalau berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati. Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri,mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada Allah, dan bersyukurlah kepada-Nya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati. Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.
Mengapa Menangis
Rabu, 25 Juni 2008
"Tuhan hanya sejauh doa"
Ekaristi sebagai perayaan Puji Syukur
Puji syukur ini terus mewarnai seluruh DSA, yakni atas karya kasih dan kebaikan Allah yang tampak dalam Putra-Nya Yesus Kristus yang menebus dan menyelamatkan umat manusia melalui kurban salib: wafat dan kebangkitanNya. Seluruh DSA itu diakhiri dengan rangkuman doksologi penutup yang memang merupakan pola doa kristiani yang tertua, yakni pujian yang dialamatkan kepada Bapa melalui pengantaraan Kristus dan berkat Roh Kudus. “Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagiMu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuana denagn Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan, sepanjang segala masa.” Dan umat menjawab dengan meriah “Amin”.
Sifat dan bentuk dasar Ekaristi adalah puji syukur. Perayaan Ekaristi merupakan perjamuan sakramental, yaitu perjamuan dalam bentuk simbol. Perayaan Ekaristis disebut perjamuan sakramental sejauh Ekaristi dilihat menurut simbol dan tanda yang dipakai, yakni roti dan anggur yang memang berada dalam konterks perjuman makan dan menurut intensi dibaliknya, yaitu kebersamaan.
Ketika mengikuti Ekaristi, diharapkan umat mengungkapkan syukur atas segala pengalaman kasih yang dialami dalam hidup hariannya. Pengalaman syukur itu muncul dari kesadarana bahwa Allah terlibat dalam hidupku di masa lalu, sekarang, dan tentu saja di masa yang akan datang. Kesulitan yang dihadapi adalah seringkali umat beriman datang ke Gereja dengan perasaan kosong karena hanya sekedar datang demi sebuah kewajiban. Padahal diharapkan, dengan ikut ekaristi umat beriman membawa rasa syukur sekaligus sebuha kerinduan akan kasih Allah dalam hidup yang masih akan dijalaninya di hari-hari berikutnya.
Baik kalau misalnya, umat beriman datang ke perayaan Ekaristi membawa satu buah pengalaman rasa syukur bahwa Allah telah terlibat dalam hidup dan dirinya. Selain itu, dia juga membawa kerinduan akan keterlibatan kasih Allah dalam hidupnya yang selama ini menjadi sebuah kerinduan dan dambaan hati. Dengan demikian, perayaan Ekaristi sungguh menjadi sebuah ungkapan syukur sekaligus permohonan pribadi dan lebih dari pada itu menjadi sebuah kesempatan untuk bertemu dengan Tuhan, bertatap muka dengan Tuhan dan mengungkapkan segala pengalaman suka, duka, harapan yang dialaminya.
Bapa Kami dan Salam Maria
Dalam doa Bapa kami terdiri dari dua bagian besar, yang diawali dengan seruan kepada Bapa dan diikuti tiga permohonan, yaitu dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, dan jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga. Bagian kedua terdiri dari 4 permohonan, yaitu Berilah kami rezeki pada hari ini, ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, dan terakhir adalah bebaskanlah kami dariyang jahat.
Sebutan Bapa kami hendak mengungkapkan bahwa relasi kedekatan itu tidak bersifat individual, tetapi juga komunal dan berlaku bagi semua orang. Dimuliakanlah namamu, datanglah kerajaanmu merupakan ungkapan kerinduan manusia akan kerajaan yang sudah hadir dalam diri Yesus itu dinyatakan, dikenal, diterima oleh semua orang serta Kerajaan Allah itu menjelma dalam wujud yang dapat dilihat dan dialami dalam kehidupan di dunia ini. Jadilah kehendakmu di atas bumi seperti di dalam surga hendak mengungkapkan tentang harapan agar Allah bertindak sehingga rencana penyelamatanNya terlaksana secara sempurna seperti sikap Yesus di dalam taman Getsmani.
Berilah kami rejeki menunjukkan keyakinan bahwa Alalh menyelenggarakan hidup mereka sebagaimana dulu Ia telah menyelenggarakan kehidupan umat pilihanNya (Kel 16). Ampunilah mengungkapkan tentang realitas manusia yang seperti pengutang di hadapan Allah dan hanya karena rahmat Allah semata, hutang manusia itu terhapuskan. Ini mengungkapkan bahwa manusia tergantung mutlak dengan kasih Allah. Pengampunan kepada sesama menjadi tanda ketulusan dan kesungguhan kita memohon ampun kepada Allah. Pencobaan hendak menunjuk pada cobaan di mana setan berusaha membinasakan orang-orang yang diserangnya (1 kor 7,5; 1 tes 3,5). Bebaskanlah dari yang jahat hendak mengungkapkan tentang permohonan agar manusia dilepaskan dari kekausaan jahat yang sama yang mencobai Yesus di padang gurun.
Doa Bapa Kami menjadi inspirasi dan ringkasan seluruh Injil, yaitu pewartaan tentang Kerajaan Allah. Doa ini menjadi ungkapan diri yang dinamis orang beriman di hadapan Allah, ungkapan permohonan agar Allah sendirilah yang bertindak dalam kehidupanku.
Doa Salam Maria berkembang dari sapaan Elizabeth kepada Maria ketika Maria berkunjung ke Elizabeth (luk 1, 40-42). ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Doa ini hendak mengungkapkan suatu keheranan sekaligus penghormatan Elizabeth yang dikunjungi oleh ibunya Yesus Putra Allah. Bagian yang kedua merupakan tahap selanjutnay yang berkembang dari tradisi rahib benediktin “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati amin.” Ini menjadi sebuah permohonan melalui Bunda Maria agar memohonkan kepada Allah agar mau mengampuni orang yang berdosa di dunia.
Adorasi Ekaristi
DI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
Anjuran Apostolik “SACRAMENTUM CARITATIS” dari Bapa Suci Benediktus XVI tentang Ekaristi, Sumber dan Puncak Hidup serta Perutusan Gereja.
Anjuran Apostolik “Sacramentum Caritatis” merupakan tulisan Paus Benediktus XVI mengenai Ekaristi, Sumber dan Puncak Hidup serta Perutusan Gereja, suatu rangkuman Sinode Para Uskup yang diselenggarakan pada 2 – 23 Oktober 2005. Anjuran Apostolik tersebut ditandatangani oleh Bapa Suci, tanggal 22 Februari 2007, Hari Raya Tahta Santo Petrus. Pada tanggal 13 Maret 2007, pk. 12.30 di kota Vatikan diumumkan melalui siaran pers.
Sebelum menjadi Paus, dalam tulisan-tulisannya Cardinal Joseph Ratzinger, telah juga menekankan makna adorasi Ekaristi sebagai bagian hidup Gereja. Dalam bukunya “Allah dekat pada kita”: Ekaristi, Jantung Kehidupan, misalnya, Paus Benediktus XVI berkata, “Hanya di dalam nafas sembah sujud, perayaan Ekaristi sungguh menjadi hidup.... Komuni dan adorasi tidak berada satu di samping yang lain, atau bahkan berlawanan, tetapi kesatuan yang tak terpisahkan.”
“Dalam cara yang sangat jelas, kepausan Saya berawal ketika Gereja merayakan tahun khusus yang dibaktikan kepada Ekaristi. Bagaimana mungkin saya tidak dapat melihat dalam kebetulan ilahi ini suatu unsur yang harus menandai pelayanan panggilan Saya selama ini? Ekaristi, jantung hidup Kristiani dan sumber misi Gereja yang mewartakan Injil, tidak dapat tidak merupakan pusat tetap dan sumber pelayanan Tahta Petrus yang dipercayakan kepada saya.”
Paus Benediktus XVI dalam Anjuran Apostolik ”Sacramentum Caritatis" menulis mengenai adorasi Ekaristi (66-68).
66. Ada hubungan intrinksik antara perayaan ekaristi dengan adorasi Ekaristi. Setelah pembaruan liturgi berkat Konsili Vatikan II, muncul salah pengertian mengenai hubungan tersebut. Argumentasi yang muncul ialah bahwa roti ekaristi yang diberikan itu tidak untuk dilihat, tetapi untuk dimakan. Dalam Ekaristi, Putera Allah datang menemui kita, adorasi Ekaristi sekedar akibat wajar dari perayaan Ekaristi yang merupakan tindakan adorasi tertinggi Gereja. Menyambut komuni berarti menyembah Dia yang kita terima. Sembah sujud di luar misa memperpanjang dan memperdalam apa yang terjadi selama perayaan liturgi. Sungguh benarlah, bahwa “hanya dalam adorasi penyambutan yang mendalam dan sejati menjadi matang.” Dan pertemuan pribadi dengan Tuhan yang memperkuat misi sosial termuat dalam Ekaristi, yang tidak hanya membongkar tembok-tembok yang memisahkan Tuhan dengan kita, tetapi juga tembok-tembok yang memisahkan kita satu sama lain.
67. Karena itu, bersama seluruh Sidang Pleno, Saya dengan sungguh-sungguh merekomendasikan kepada para pastor dan umat Allah, agar melaksanakan adorasi Ekaristi, baik secara perorangan maupun dalam komunitas. Bilamana mungkin, sangat tepat, khususnya di wilayah-wilayah yang padat penduduk, dibangun gereja-gereja atau tempat ibadat untuk adorasi abadi.
68. Hubungan pribadi yang dibangun oleh orang beriman dengan Yesus yang hadir dalam Ekaristi melampaui hubungan pribadi itu menuju ke persekutuan seluruh Gereja dan menyuburkan makna yang lebih penuh pada keanggotaan Tubuh Kristus. Karena itu, di samping mendorong orang beriman agar secara pribadi menyediakan waktu untuk doa pribadi di hadapan Sakramen Altar, Saya meraya wajib mendesak paroki-paroki dan kelompok-kelompok gereja untuk menyediakan waktu bagi adorasi bersama.
MENJADI SEDERHANA DAN RENDAH HATI
Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Firman-Nya telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (bdk. Yoh 1:14). Firman-Nya mencerahkan hati kita, membuka mata kita, agar kita mampu juga melihat bahwa dalam diri saudari-saudara kita yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir, Ia pun hadir. Bila demikian, kita akan terjaga jangan sampai kepedulian kita kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir jatuh ke dalam aktivisme filantropis belaka, akan tetapi bersumber dan bermuara pada pengalaman akan kehadiran Yesus dalam diri mereka. Dalam kesadaran ini dapat kita fahami betul firman-Nya, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40) Dengan demkian Ia menyamakan diri-Nya dengan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.
Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman-Nya kekal abadi. Dalam roti Ekaristi Ia menunggu kedatangan kita.
Firman-Nya yang kekal abadi itu kita dengar sekarang ini juga, “Marilah kepada-Ku!” Karena itu, marilah kita tanggapi ajakan Sang Penebus, Sahabat Sejati, agar kita datang kepada-Nya, bersembah sujud di hadapan-Nya, yang sungguh hadir dalam hosti kecil, tetap saja sederhana dan rendah hati. Adorasi Ekaristi, bersembah sujud di hadapan Ekaristi Sakramen Mahakudus dapat kita jadikan kesempatan untuk mengalami keabadian kerahiman ilahi-Nya dalam ruang dan waktu kita yang terbatas. Hanya demi kemuliaan-Nya saja, tanpa perhitungan untung atau rugi di pihak kita.
Sacramentum caritatis, Sanctissima Eucaristia donum est Iesu Christi se ipsum tradentis, qui Dei infinitum nobis patefacit in singulos homines amorem.
Kamis, 05 Juni 2008
The Letter of an angel
Beberapa orang yang masuk dalam kehidupan kita dan pergi dengan cepat. Beberapa orang menjadi teman dan tinggal sebentar….. meninggalkan jejak kaki indah dalam hati kita………..Dan kita tidak pernah merasa sama karena kita telah membuat seorang teman baik
Ada seseorang yang bangga padamu
Ada seseorang yang berpikir tentang kamu
Ada seseorang yang memperhatikanmu
Ada seseorang yang merindukanmu
Ada seseorang yang ingin bicara padamu
Ada seseorang yang ingin bersamamu
Ada seseorang yang berterima kasih atas support yang telah kamu berikan
Ada seseorang yang ingin menggenggam tanganmu
Ada seseorang yang ingin segala sesuatu berjalan baik
Ada seseorang yang ingin kamu bahagia
Ada seseorang yang ingin kamu menemuinya
Ada seseorang yang berharap kamu tidak dingin dan panas
Ada seseorang yang ingin memelukmu
Ada seseorang yang ingin mencintai kamu
Ada seseorang yang mengagumi kekuatanmu
Ada seseorang yang berpikir tentang kamu dan tersenyum
Ada seseorang yang ingin pergi dengan kamu dan bergembira
Ada seseorang yang berpikir tentang duniamu
Ada seseorang yang ingin menjagamu
Ada seseorang yang ingin melakukan apa pun untukmu
Ada seseorang yang ingin memaafkanmu
Ada seseorang yang ingin berterimakasih atas maaf yang kamu berikan
Ada seseorang yang ingin tertawa bersamamu
Ada seseorang yang ingat padamu dan berdoa untukmu di mana pun kamu berada
Ada seseorang yang berdoa pada Tuhan untukmu
Ada seseorang yang ingin memberitahumu bahwa cintanya padamu tidak bersyarat dan ingin mengatakan betapa besar perhatian mereka
Ada seseorang yang ingin menggandengmu dengan tangannya
Ada seseorang yang ingin kamu menggandeng mereka dengan tanganmu
Ada seseorang yang berdoa pada Tuhan untuk persahabatan dan cintamu
Ada seseorang yang tidak bisa menunggu untuk melihatmu
Ada seseorang yang mencintai kamu sebagaimana kamu adanya
Ada seseorang yang mencintai caramu membuat mereka merasakan dan mempelajari sesuatu
Ada seseorang yang ingin bersamamu
Ada seseorang yang ingin kamu tahu mereka di sini untuk kamu
Ada seseorang yang bergembira menjadi temanmu
Ada seseorang yang ingin menjadi temanmu
Ada seseorang yang berharap kamu memperhatikannya
Ada seseorang yang ingin dekat denganmu
Ada seseorang yang rindu saran-saranmu
Ada seseorang yang mempercayaimu
Ada seseorang yang butuh dukunganmu
Ada seseorang yang butuh kamu berjuang bersama mereka
Ada seseorang yang membutuhkanmu, membiarkannya menjadi temanmu
Ada seseorang yang mendengar sebuah lagu yang telah mengingatkannya padamu
Ada seseorang yang akan menangis ketika kamu membaca ini
Gereja dan Hirarki
Kesatuan Gereja memperoleh dasarnya pada Yesus Kristus. Titik pangkal kesatuan Gereja adalah Yesus Kristus. Munculnya Gereja mempunyai kaitan yang sangat erat dengan Yesus Kristus. Kesatuan Yesus dengan Gereja digambarkan sebagai kesatuan dalam Tubuh Kristus di mana Kristus sebagai kepala-Nya dan Gereja menjadi anggota-anggotanya(LG7). Kesatuan umat beriman dengan Kristus itu diperoleh berkat baptis yang diterima (1Kor 12,13) dan ekaristi (1Kor 10,17).
Terdapat dua macam persekutuan, yaitu persekutuan intern di dalam Gereja Katolik Roma yang diwujudkan dalam communio dari paguyuban dan persekutuan ekstern di antara Gereja-gereja.
Persekutuan Ekstern
Gereja katolik janganlah dilihat sebagai satu-satunya pelaksana misteri keselamatan Allah (LG 8). Justru karena dalam Gereja Katolik Gereja Yesus Kristus hadir secara konkret, maka juga bentuk kehadirannya terbatas. Di dalam bentuk yang terbatas ini memang seluruh kebenaran Kristus terungkap. Tanpa mengurangi karya rahmat dalam orang lain, Gereja Katolik menegaskan bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Yesus Kristus untuk keselamatan. Dalam LG 15, dibicarakan perbedaan antara Gereja Katolik dan gereja-gereja lainnya. Perbedaan itu tidaklah memecah-memecahkan umat, melainkan berkat baptisan yang diterima, Gereja Katolik dan gereja-gereja lain disatukan dalam Kristus sendiri. Bahkan dalam LG 16, dibicarakan juga tentang persatuan Umat Allah dengan mereka yang belum menerima Injil. Kesatuan yang terjadi adalah bersama-sama berjalan menuju Allah.
Pesekutuan Intern
Berbicara tentang kesatuan Gereja Yesus Kristus yang hadir dalam Gereja Katolik itu berarti menyentuh beberapa aspek, yaitu : Gereja lokal dan Gereja universal; Communio Para Uskup (Kolegialitas); Hubungan hirarki dengan awam; Persekutuan dengan para kudus (communio sanctorum). Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam seluruh jemaat kaum beriman setempat yang sah. Dalam masing-masing Gereja setempat hadirlah satu Gereja Kristus, Gereja semesta (universal). Dari sudut pandang Gereja setempat, Gereja lokal terbentuk menurut citra Gereja setempat”. Di sinilah muncul sifat kesatuan. Sebab, Gereja-gereja setempat yang di dalamnya terwujud Gereja Yesus Kristus, bersama-sama membentuk persekutuan dan itulah yang disebut sebagai Gereja semesta (universal). Pusat Gereja bukan lagi di Roma, melainkan altar di mana dirayakan ekaristi. Di lihat dari sudut pandang Gereja semesta, Gereja semesta hadir dalam Gereja-Gereja setempat yang menghadirkan Gereja Yesus Kristus.
Sifat dasar Gereja Yesus Kristus (LG 13).
Satu. Prinsip dan pola misteri kesatuan Gereja adalah kesatuan Allah Tritunggal (komunitas kasih Allah Tritunggal). Allah memanggil orang beriman kepada Kristus menjadi umat Allah (1Ptr 2, 5-10) dan membuat mereka menjadi satu tubuh (1Kor 12,12). Tata susunan sosial Gereja melambangkan kesatuannya dengan Kristus (GS 44).
Katolik. Itu berarti Gereja tersebar di mana-mana untuk semua orang sepanjang sejarah di segala tempat sebab Allah memanggil semua orang agar selamat. Keselamatan Allah ditujukan kepada semua orang. Secara kultural, Gereja tersebar di seluruh dunia dalam berbagai bentuk budaya segala bangsa.
Kudus. Kekudusan yang ada pada Gereja adalah berkat Kristus yang menguduskan (Bdk. LG 7). Kekudusan terungkap dalam aneka cara sebab kekudusan bukanlah sidat seragam yang sama bentuknya untuk semua orang. Kekudusan berarti bahwa semua orang mengambil bagian dalam Kekudusan gereja yang bersumber pada Kristus sendiri, pengudusan oleh Roh (1Ptr 1,2), dikuduskan karena dipanggil (Rom 1,7). Dari pihak manusia kekudusan berarti tanggapan atas karya Allah yang menguduskan terutama dengan sikap iman dan pengharapan (1Tim 2,15).
Apostolik. Sifat apostolik berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka (Ef 2,20; Why 21,14). Hubungan Gereja dengan para rasul dipahami oleh Gereja Katolik sebagai pemusatan pada hubungan historis (turun-temurun) antara para rasul dengan para penggantinya. Sifat apostolik berarti bahwa Gereja yang sekarang ini, mengakui diri sama dengan Gereja perdana, yaitu Gereja para rasul.
Pada mulanya communio berarti partisipasi dalam karunia keselamatan Allah, yakni peran serta dalam Roh Kudus, dalam hidup baru, dalam cinta kasih. Paham Gereja sebagai communio dapat dimengerti sebagai partisipasi Gereja dalam hidup ilahi trinitaris atau dalam komunitas kasih antara Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Communio di dalam Gereja terjadi pertama-tama karena bersama-sama menanggapi karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus yang terutama dirasakan dalam Sabda dan Sakramen. Kesatuan Gereja Yesus Kristus hadir dan diwujudkan dalam communio dari Gereja-Gereja partikular. Titik tolak communio adalah hubungan timbal balik yang berprinsip subsidiaritas. Gereja pertama-tama merupakan organisme, yaitu persekutuan umat beriman yang saling berhubungan dan
Dalam LG 26, konsili menegaskan kehadiran Kristus dalam jemaat-jemaat setempat. Gereja setempat menghadirkan, Gereja Universal yang menghadirkan pula Gereja Yesus Kristus. Jemaat setempat itu pertama-tama adalah jemaat keuskupan yang menghadirkan Gereja universal. Dalam lingkup yang lebih kecil seperti paroki (teritorial dan kategorial), bahkan paguyuban umat seperti wilayah dan lingkungan (atau apapun namanya yang sejenis), kelompok kategorial merupakan persekutuan kecil umat beriman, hadirlah Gereja Yesus Kristus. Nah, communio merupakan kebersamaan di antara paguyuban-paguyuban umat tersebut di mana secara intern, di antara umat beriman sendiri membangun communio dalam paguyubannya masing-masing.
Sementara itu, dalam refleksinya pada sidang paripurna FABC V di Bandung 1990, para Uskup Asia melihat harapan baru dengan tumbuhnya hasrat di kalangan umat kristiani untuk membangun hidup bersama (community). Hasrat itu tampak sekali dengan tumbuhnya “jemaat-jemaat Gerejawi Basis, kelompok-kelompok tetangga, kelompok-kelompok yang berhimpun untuk membela hak-hak manusawi atau untuk doa dan sharing Kitab Suci”. Konsekuensi dari pola hidup berpaguyuban adalah memberi kesempatan semua anggota untuk ikut serta secara aktif. Seluruh jemaat sebagai communio dipanggil untuk berperan serta dan memperagakan Kristus sebagai imam, nabi, raja di tengah-tengah dunia (LG 10-12, 34,36).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Gereja pertama-tama communio umat beriman. Gagasan communio sangat kuat tampak dalam gagasan Gereja sebagai Tubuh Kristus dan Umat Allah di mana sesungguhnya kesatuan (aspek yang paling ditekankan) ternyata mengandaikan keterlibatan dari unsur-unsur penyusunnya. Dasarnya adalah communio umat beriman dengan Allah dan selanjutnya mewujud dalam communio di antara jemaat-jemaat beriman dan paguyuban jemaat beriman. Communio dari paguyuban-paguyuban itu mengandaikan dan menuntut paguyuban umat beriman yang terbuka yang siap berdialog dan membangun hidup bersama dengan paguyuban umat beriman yang lainnya. Dan dalam kebersamaan itu, mereka dipanggil untuk melibatkan diri dalam mewartakan karya keselamatan Allah di tengah dunia.
Hirarki
Yang disebut hirarki adalah Uskup, Imam dan Diakon. Hirarki dalam Kitab Suci
Muncul kelompok 12 rasul semasa Yesus hidup.
Para penatua menggantikan para rasul.
Muncul istilah episkopos/uskup (Kis 20,38) atau penilik jemaat dan diakonos (Rm 16,1).
Dalam LG bab 3 dikatakan tentang hirarki, yaitu Uskup, Imam dan Diakon.
Uskup. Tugas pokok uskup adalah pemersatu dan pemimpin umat. Tugas tersebut dilaksanakan menurut dalam tiga bidang, yaitu
Pewartaan (LG 25). Uskup bertugas sebagai Guru yang meliputi perwartaan Injil, menjelaskan ajaran iman dan menjaga Gereja dari kesesatan (menjaga pewahyuan).
Perayaan (pengudusan, LG 26). Uskup memiliki rahmat imamat tertinggi. Uskup menjadi organ persatuan Gereja sebagaimana nampak dalam ekaristi.
Pelayanan (penggembalaan, LG 27). Uskup memiliki wewenang untuk mengatur dan membimbing Gereja.
Bersama-sama dengan Uskup-uskup di seluruh dunia mereka adalah Dewan Uskup dengan Paus sebagai pemimpin tertinggi.
Dewan Para Uskup. Dewan para uskup adalah pengganti dewan para rasul. Yang memimpin Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi uskup karena diterima sebagai anggota dalam dewan itu. Pada hakekatnya, uskup adalah pimpinan Gereja setempat (LG 22, 27).
Paus. Atas dasar tradisi, Petrus merupakan uskup Roma yang pertama. Dia adalah ketua dewan para rasul. Sebagai pengganti Petrus, Paus tidak sekedar sebagai uskup Roma tetapi juga menjadi ketua dewan pimpinan Gereja Universal.
Para Imam (LG 28) dan Diakon (LG 29)
Keduanya adalah para pembantu uskup yang menerima tahbisan dan menjadi anggota hirarki. Imam adalah perpanjangan tugas uskup untuk 3 tugas di atas. Diakon walaupun sudah ditahbiskan namun ia baru bisa melaksanakan tugas pelayanan. Imam mengambil bagian dalam imamat uskup.
Tugas utama hirarki adalah mempersatukan umat. Di sini perlu diperhatikan tempat hirarki dalam keseluruhan Gereja. Hirarki bukan prinsip kesatuan Gereja, tetapi organnya. Prinsip kesatuan Gereja adalah Roh Kudus (LG 4, 7b-c, 13a, 15, 25). Supaya kesatuan lahiriah dapat berkembang dan dinyatakan dalam bentuk sosial, maka Gereja diberi bentuk hirarkis. Hirarki sering disebut sebagai “jabatan” untuk: “pelayanan, tugas atau pengabdian”. Pandangan ini sesuai dengan ajaran PB yang tidak pernah berbicara tentang pangkat atau kehormatan, melainkan melihat hirarki melulu secara fungsional. Ketika fungsi-fungsi itu masih sangat bercorak karismatis, maka sifat fungsionalnya tampak sekali. Dalam perkembangan, sifat fungsionalnya agak dikaburkan. Namun Konsili Vatikan II kembali pada paham asli (LG 18a).
Atas kehendak Kristus, hirarki diangkat menjadi Guru, pembagi misteri-misteri, dan gembala bagi yang lain (LG 32c), menunaikan tugas suci demi saudara-saudara mereka. Tugas pemersatu hirarki tidak berarti bahwa semua dipaksakan ke dalam bentuk iman yang seragam. Hirarki harus melayani umat, supaya seluruh kaum beriman bersama-sama, membangun kesatuan itu. Hirarki harus memungkinkan komunikasi dalam iman. Mereka harus menjalankan tugas mereka sebagai saudara di antara saudara (PO 9 a).
Imam tidak berada di atas umat, tetapi di tengahnya. Fungsi hirarki adalah fungsi dalam Gereja, maka hirarki mengambil bagian dalam fungsi Kristus yang dengan perantaraan Roh tetap mempersatukan Gereja.
Struktur hirarkis adalah struktur hakiki Gereja, karena Roh tidak pernah berkarya lepas dari Yesus. Struktur karismatis tidak lepas dari struktur hirarkis, yang secara historis menghubungkan Gereja dengan Yesus. Oleh karena itu, hirarki secara hakiki berdiri di tengah-tengah hidup Gereja dan mengambil bagian aktif dalam hidup umat.
Kekhususan tugas kepemimpinan hirarki berhubungan langsung dengan kekhususan Gereja sebagai communio dalam iman. Hirarki harus memimpin umat dalam mewujudkan iman dalam kesatuan yang tampak. Namun harus diingat bahwa prinsip kesatuan adalah karya Roh dan bukan kewibawaan atau kuasa hirarki. Dengan demikian dapat dikatakan hirarki merupakan pelayan kesatuan Gereja Yesus Kristus. Mereka menghadirkan Yesus yang mempersatukan umat-Nya (in persona Christi).
Ada tiga bidang pengungkapan iman yang bisa dipakai oleh hirarki untuk melayani umat :
Hidup konkret.
Perumusan iman dan ajaran. Tugas hirarki bukan menjaga dan membela ajaran tradisional saja, melainkan juga membantu dan memimpin orang dalam mencari rumusan baru bagi iman yang hidup. Maka tugas mengajar dapat diartikan sebagai pelayanan dalam perumusan iman.
Dalam bidang liturgi. Pusat hidup liturgi adalah sakramen-sakramen, dan pusat sakramen adalah ekaristi. Maka di bidang kultus, hirarki menjalankan fungsinya terutama dalam mempersatu-kan umat sekitar altar. Tugas mempersatukan juga berarti bahwa pelbagai tugas pelaksanaan dan pengungkapan iman dijadikan satu. Maka hirarki sendiri harus mengimani sabda Allah.
Kamis, 29 Mei 2008
Sambut hari ini dengan kasih
Karena ini merupakan rahasia sukses yang paling besar dalam semua usaha. Otot dapat merobek perisai, bahkan dapat membinasakan kehidupan, akan tetapi hanyalah kekuatan kasih yang tak tampak dapat membuka hati manusia dan sebelum saya menguasai seni ni, saya akan tetap tidak lebih daripada seorang insan biasa. Saya akan membuat kasih senjata saya yang paling ampuh dan tiada seorang yang saya kunjungi dapat mempertahankan dirinya melawan ini.
Pikiran saya mungkin mereka bantah. Pidato saya mungkin dicurigai, pakaian saya mungkin dicela, wajah saya mungkin ditolak, bahkan penawaran-penawaran saya dicurigai; namun kasih saya akan melelehkan semua hati seperti sinar matahari dapat melembutkan tanah liat yang paling dingin.
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Dan bagaimanakah kalau saya lakukan in? Mulai sekarang saya akan melihat semua benda dengan kasih dan saya akan dilahirkan kembali. Saya akan mengasihi matahari karena matahari menghangatkan tulang-tulang saya; namun saya akan mengasihi hujan karena hujan itu membersihkan saya. Saya akan mengasihi cahaya karena cahaya itu menunjukkan jalan kepada saya; namun saya akan mengasihi kegelapan karena kegelapan itu memperlihatkan bintang-bintang kepada saya. Saya akan menyambut kebahagiaan karena kebahagiaan itu memperbesar hatiku, namun saya akan memikul kesedihan karena kesedihan membuka hati saya. Saya akan mengakui penghargaan dan pahala oleh karena penghargaan dan pahala itu adalah hak saya. Namun saya akan menyambut rintangan-rintangan itu karena itu merupakan tantangan saya.
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Dan bagaimanakah saya harus berbicara? Saya akan menyanjung musuh-musuh saya dan mereka akan menjadi teman-teman saya. Saya akan membesarkan ahti dan mendorong teman-teman saya; dan mereka akan menjadi saudara-saudara saya. Saya akan senantiasa menggali sebab-sebab untuk bertepuk tangan; saya sekali-kali tidak akan mencari alasan-alasan untuk memfitnah. Bilamana saya digoda untuk mengecam, saya akan menggigit lidah saya; bilamana saya digerakkan untuk memuji saya akan bersorak-sorai dari atas atap.
Apakah tidak demikian sehingga burung-burung, angin, laut dan alam semesta berbicara dengan musik pujian bagi pencipta mereka tidak dapatkah saya berbicara dengan musik yang sama kepada anak-anakNya? Mulai sekarang saya akan mengingat rahasia ini dan rahasia itu akan mengubah hidup saya.
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Dan bagaimanakah saya harus bertindak? Saya akan mengasihi semua jenis manusia sebab setiap orang mempunyai sifat-sifat yang dapat dikagumi sungguhpun sifat-sifat tersebut tersembunyi. Dengan rasa kasih, saya robohkan tembok kecurigaan dan kebencian yang telah dibangun di sekeliling hati mereka dan disana saya akan bangun jembatan-jembatan sehingga rasa kasih saya dapat memasuki jiwa mereka.
Saya akan mengasihi orang-orang yang mempunyai ambisi karena mereka dapat mendorong saya. Saya akan mengasihi orang-orang yang gagal karena kegagalan-kegagalan itulah yang dapat mendidik dan memberi pengajaran kepada saya. Saya akan mengasihi raja-raja karena mereka itu tetap hanyalah manusia. Saya akan mengasihi mereka yang lembut karena mereka itu bersifat ketuhanan. Saya akan mengasihi mereka yang kaya karena mereka itu masih merasa sunyi. Saya akan mengasihi mereka yang miskin karena merekalah yang banyak. Saya akan mengasihi orang-orang muda karena kepercayaan yang dimiliki mereka. Saya akan mengasihi orang-orang tua karena kebijaksanaan yang mereka bagikan. Saya akan mengasihi orang-orang cantik karena mata mareka memancarkan kesedihan. Saya akan mengasihi orang-orang yang buruk karena kedamaian jiwa mereka.
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Tetapi bagaimanakah saya bereaksi terhadap tindakan-tindakan orang lain? Dengan kasih. Hanya kasihlah yang menjadi senjata saya untuk membuka hati orang-orang. Demikian pula kasih itu menjadi perisai saya untuk menolak anak panah kebencian dan tombak-tombak kemurkaan. Kesengsaraan dan keputusasaan akan memukul melawan perisai baru saya dan menjadi seperti hujan yang paling lembut. Perisai saya akan melindungi saya dan mempertahankan saya bilamana saya seorang diri. Perisai saya akan mengangkat saya dalam waktu-waktu keputusasaan, namun perisai saya itu akan menenangkan diri saya dalam waktu kegembiraan yang meluap-luap. Perisai saya itu akan menjadi kuat dan akan lebih melindungi saya sampai pada suatu hari saya akan membuangnya ke samping dan berjalan tanpa beban diantara orang-orang dimana sifat dan sikap mereka berbeda-beda dan bila menghendakinya, nama saya akan terangkat tinggi-tinggi ke atas piramida kehidupan saya.
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Dan bagaimana saya akan menghadapi orang-orang yang bertemu dengan saya? Hanya dengan satu cara. Dalam hati dan kepada saya sendiri saya akan sapa orang itu sambil mengucapkan saya mengasihi anda. Biarpun diucapkan dalam batin kata-kata itu akan bersinar dalam mata saya, akan menghilangkah kerutan pada dahi saya, membawa senyuman kepada bibir saya, gema dalam suara saya dan hatinya akan dibuka. Dan siapakah disitu yang akan mengatakan TIDAK kepada saya bilamana hatinya merasakan kasih saya?
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Terutama saya akan mengasihi diri saya sendiri. Sebab bila saya mengasihi diri saya sendiri saya akan dengan tekun memeriksa segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh saya, pikiran saya, jiwa saya, dan hati saya. Saya tidak akan pernah menurut secara berlebihan kehendak tubuh saya, lebih baik saya akan menghargai tubuh saya dengan kebersihan dan kesederhanaan. Saya takkan membiarkan pikiran saya tertarik pada kejahatan dan keputusasaan lebih baik meningkatkan pikiran saya dengan ilmu dan pengetahuan. Saya tidak akan memperbolehkan jiwa saya menjadi puas dan senang, lebih baik saya memberikan makanan kepada jiwa saya dengan meditasi dan doa. Saya tidak akan membolehkan hati saya menjadi kecil dan pahit, lebih baik saya membagikan hati saya dan hati saya itu akan tumbuh dan menghangatkan bumi.
Saya akan menyambut hari ini dengan rasa kasih dalam hati saya.
Mulai sekarang saya akan mengasihi seluruh umat manusia. Mulai saat ini semua rasa benci telah keluar dari semua pembuluh darah saya karena saya tak ada waktu untuk membenci, hanya ada waktu untuk mengasihi. Mulai saat ini saya akan mengambil langkah pertama yang perlu untuk menjadi seseorang diantara orang-orang. Dengan kasih saya akan meningkatkan nilai saya seratus kali lipat dan akan menjadi INSAN LUAR BIASA. Tanpa semuanya ini, saya akan gagal sungguhpun saya memiliki semua ilmu pengetahuan dan ketrampilan di dunia.
Saya akan menyambut hari ini dengan RASA kasih dan Saya akan SUKSES.
Iman dan Wahyu
Allah dan manusia menjadi subyek dalam relasi ini. Dari sudut wahyu, Allah-lah yang menjadi subyeknya, dan dari sudut iman manusia-lah yang menjadi subyeknya. Dengan kata lain, tesis ini hen-dak berbicara tentang jalinan komunikasi antara Allah dengan manusia yang khas manusiawi.
Perwahyuan Allah bermula dari kehendak Allah sendiri yang mengalir dari kebaikan dan kebijaksanaan-Nya. Dengan mewahyukan diri, Allah berkehendak untuk menyapa dan menyatakan rahasia kehendak-Nya. Allah menjumpai manusia dan menjalin relasi yang akrab dengan ma-nusia. Pada puncaknya, dengan perwahyuan-Nya itu, Allah mengundang manusia masuk dalam persekutuan dengan-Nya. Dengan kata lain, Wahyu Allah merupakan komunikasi Allah yang mengajak manusia berpartisipasi. Wahyu Allah merupakan pernyataan diri Allah tentang diri-Nya sendiri kepada manusia dan mengajak manusia untuk menanggapinya (partisipasi).
Apa isi wahyu? Isi wahyu adalah diri Allah sendiri. Dalam wahyu, Allah menyatakan diri-Nya sendiri berserta seluruh rencana keselamatan-Nya Allah mengkomunikasikan dirinya sendiri kepada manusia.
Dan karena yang dikomunikasikan itu sifatnya personal, diri Allah sendiri, maka komunikasi itu menjadi personal. Karena itu, wahyu Allah merupakan tindakan diri Allah sendiri.Berikut ini inti pokok dalam DV 2 tentang bagaimana Allah mewahyukan diri-Nya :
Titik awal wahyu adalah Allah sendiri. Pelaku wahyu adalah Allah dan isi wahyu adalah diri Allah sendiri dan misteri kehendak-Nya. Wahyu adalah gerak hidup ilahi Allah. Kristus menjadi jalan masuk manusia kepada Allah melalui seluruh peristiwa hidup-Nya dan berkat dorongan Roh Kudus. Partisipasi manusia terjadi melalui Kristus dalam Roh Kudus. Di dalam Kristus, manusia berjumpa dengan Allah yang menyapa. Kristus merupakan kepenuhan perjumpaan manusia dengan Allah. Dengan mewahyukan diri-Nya Allah menjumpai manusia sebagai sahabat-Nya untuk melibatkan manusia dalam hidup Allah sendiri. Wahyu Allah itu terungkap dalam kata dan perbuatan Allah yang dapat ditangkap oleh manusia. Kata dan perbuatan itu menggambarkan dan menerangkan isi wahyu yang misteri. Wahyu bukan diwariskan dari masa lampau, melainkan Allah yang menjumpai dan menyapa manusia secara personal.
Dalam PL, wahyu dipahami sebagai pernyataan diri Allah melalui Taurat (Yer 31,33; Ul 30,16) dan warta para nabi (Yer 1,9; Ibr 1,1) serta tanda-tanda alam (Panggilan Musa, Kel 3) .Dalam PB, wahyu dipahami sebagai pernyataan diri Allah dalam Yesus Kristus (Yoh 14, 8-14; Mat 11, 25-27; Luk 10, 21-21-24). Dalam Kis : kabar gembira mengenai Yesus Kristus (Kis 3, 17-26). Paulus : pewartaan kabar gembira tentang rencana keselamatan Allah yang tidak dari perkataan manusia, namun dari Allah (1Tes 2,13), misteri rahasia Allah yang terlaksana dalam Kristus Yesus (Ef 3, 8-12), dalam Yesus berdiam secara jasmaniah kepenuhan ke-Allah-an (Kol 2,9).
Allah yang tak kelihatan dan tak mampu dijangkau oleh manusia, menyapa manusia dalam sejarah kehidupan manusia. Dalam mewahyukan diri-Nya Allah menggunakan cara-cara yang dapat ditangkap oleh manusia yang hendak disapanya. Dengan kata lain perwahyuan diri Allah tertangkap dalam ruang dan waktu manusiawi dan sekaligus berarti terjadi dalam proses, tahap demi tahap. Sejarah merupakan medan kehidupan sekaligus kehidupan manusia. Dalam Surat kepada orang Ibrani 1,1-2, tentang perantara Allah dalam mewahyukan diri-Nya dikatakan : “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya”
Dalam kutipan itu dikatakan bahwa Allah mewahyukan diri-Nya dan rencana keselamatan-Nya dalam dua cara, yaitu 1) dengan perantaraan para nabi dan 2) dengan perantaraan Anak-Nya. Keduanya terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Perwahyuan Allah dalam sejarah melalui para nabi dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama. Dan perwahyuan Allah dalam sejarah melalui Anak-Nya dapat ditemukan dalam Perjanjian Baru.
Perwahyuan diri Allah dengan perantaraan para nabi “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi” (Ibr1,1). Sejarah perwahyuan diri Allah dalam perjanjian Lama dimulai dengan perwahyuan diri Allah kepada Abraham. Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham (Kej 15, 18) dan kemudian dengan bangsa Israel melalui Musa (Kel 24,8). Allah menjadi Allah bangsa Israel dan umat Israel menjadi umat kesayangan-Nya. Dengan mengangkat bangsa Israel ini menjadi umat kesayangan-Nya, umat yang dipilih-Nya Allah menyatakan diri-Nya dan menyampaikan rencana keselamatan-Nya. Dan di masa selanjutnya terus menerus Allah menyampaikan kehendaknya melalui para nabi.
Dalam DV 3 dikatakan : “Sesudah para Bapa bangsa, Ia membina bangsa itu (Israel) de-ngan perantaraan Musa dan para Nabi supaya mereka mengakui diri-Nya sebagai satu-satunya Allah yang hidup dan benar, Bapa Penyelenggara dan hakim yang adil, dan supaya mereka mendambakan Penebus yang dijanjikan”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perwahyuan diri Allah dan rencana keselamatan-Nya terus menerus dikatakan. Dan perwahyuan diri Allah kepada para Bapa bangsa dan para nabi itu penuh sebab kepada mereka Allah telah menyatakan Diri dan rencana keselamatan-Nya. Perwahyuan diri Allah dengan perantaraan Anak-Nya. Dalam DV 2 tentang hali ini dikatakan : “Melalui wahyu itu, kebenaran yang sedalam-dalamnya tentang Allah dan keselamatan manusia nampak bagi kita dalam Kristus, yang sekaligus menjadi pengantara dan kepenuhan wahyu”. Dan dalam Ibr 1,2 dikatakan : “Pada zaman akhir ini ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anaknya”.
Yesus Kristus adalah puncak dan pemenuhan wahyu Allah. Di dalam Kristus, Allah yang menyapa manusia dan rencana keselamatan-Nya mencapai kepenuhannya. Sebab, “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (Kol 1,19). Di dalam Yesus, perwahyuan Allah itu tidak lagi menjadi suatu rencana keselamatan melainkan justru Yesus Kristuslah keselamatan Allah sendiri. Dalam diri Kristus perwahyuan Allah kepada manusia mencapai puncak dan keakrabannya dan kedekatannya. “Dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan” (Kol 2,9). Kesempurnaan kepenuhan wahyu datang dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak hanya menyampaikan firman Allah (Yoh 3,34). Yesus Kristus adalah Sang Firman Allah sendiri (Yoh 1,1; Why 19,13). Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah pernyataan Allah sendiri. Dalam diri Yesus Allah memberikan diri secara penuh kepada manusia. Yesus mewujudkan wahyu Allah dalam diri-Nya, dalam hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. Karena itu, inkarnasi Yesus Kristus, seluruh perjalanan hidup, nasib, karya dan memuncak dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya menjadi tanda jelas bahwa wahyu Allah itu terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14,9).Dengan demikian, dalam diri Yesus Kristus dengan seluruh peristiwa hidup-Nya merupakan keselamatan Allah, yaitu kesatuan antara Allah dan manusia. Allah memerosotkan diri-Nya dan menggunakan cara-cara manusiawi agar dapat menyatakan diri-Nya dan rencana keselamatan-Nya kepada manusia.
Perwahyuan Allah adalah tindak Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya. Dan komunikasi Allah yang mencapai kepenuhan-Nya dalam Yesus Kristus itu menjadi langkah bagi Allah untuk menyapa manusia. Ia tidak pertama-tama memerintah, melainkan mengajak manusia berkomunikasi dan mengundang manusia masuk dalam persekutuan dengan-Nya. Komunikasi Allah mengundang manusia untuk tidak hanya diam saja, tetapi perwahyuan diri Allah mengundang manusia dalam percakapan yang intim dengan Allah. Maka dikatakan dalam DV 2 “dari kelimpahan kasihnya, (Ia) menyapa manusia sebagai sahabat-sahabatNya dan bergaul dengan mereka”. Manusia disapa Allah sebagai sahabat-sahabat-Nya. Karena itu, perwahyuan diri Allah merupakan komunikasi Allah yang dialogis di mana Allah memberikan diri-Nya kepada manusia dan manusia menerima pemberian diri Allah itu. Pemberian diri Allah itu, penuh dalam Yesus Kristus yang tinggal di tengah-tengah kita. Dalam iman, manusia mendengar serta menjawab sapaan itu dalam konteks hidupnya.Dengan dan karena iman manusia mampu mendengar dan menjawab sapaan Allah. Apa yang dimaksud dengan iman?
Kata ‘iman’ merupakan terjemahan dari kata pistis (Yunani), fides (Latin), dan faith (Inggris) yang berarti kepercayaan, keyakinan dan penerimaan wahyu Allah. Dalam konteks teologi “iman” dan “percaya” dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan manusia dengan Allah, utamanya dengan menerima wahyu. Iman dalam bahasa Ibrani ‘mn berarti mengandung pemahaman tentang “sesuatu yang dapat diandalkan dan dipercaya”. Isi iman PL adalah kepercayaan kepada janji dan tuntunan Allah bagi umat Israel. Atas wahyu Allah manusia menjawab dengan kesiapsediaan dan ketaatan. Dalam tataran tertentu, iman dipahami sebagai setia dan mentaati perintah Allah agar memperoleh hidup. Karena itu, tekanan utamanya adalah “untuk mengasihi Tuhan Allahmu dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu . . . “ (Ul 30,16). Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, Abraham menjadi model orang beriman yang sungguh percaya dan mengandalkan Allah (Kej 12, 1-4). Iman juga merupakan suatu tindakan, yaitu sikap setia dalam melaksanakan kehendak Allah (Mi 6,8), mengakui Yaurat sebagai kehendak Allah (Mzm 119,66) dan menerima utusan-utusan Allah (Kel 14,31; 2taw 20,20).
Injil Sinoptik, iman dipahami sebagai sikap mendengar (Mat 4,9 : “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar”), percaya dan mempercayakan diri kepada Yesus (Mat 9, 27-31; Luk 7,6-9). Percaya itu tidak cukup mendengar namun mengerti (bdk. Mat 13,19). Mengerti berarti : menerima sabda Allah dan hidup setia sesuai dengan sabda Allah. Beriman juga berarti bertobat dan berbalik kepada Allah (Mrk 1,15). Yohanes : beriman itu berarti percaya kepada Yesus sebab Yesus mengerjakan yang diperintahkan Bapa. Dengan demikian beriman berarti percaya kepada Bapa yang mengutus Yesus (Yoh 14). Tberiman atau tidak beriman merupakan sikap ya atau tidak kepada Yesus. Beriman berarti pilihan untuk memihak Yesus dan menerima Sabda-Nya. Tidak beriman berarti menolak Yesus (Yoh 15). Paulus : beriman berarti semakin mengenal misteri Allah dalam Yesus Kristus. Manusia diajak semakin mengenal rencana penyelamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus (Bdk. 1Kor 1,17; 2, 1-4; Kol 2, 2-3). Iman merupakan perbuatan yang dengannya manusia menyerah-kan diri kepada Allah sebagai sumber satu-satunya keselamatan. Orang beriman kepada Allah melalui Putera-Nya sebab melalui Putera-Nya itu Allah bersabda. Karena itu, bagi Paulus beriman berarti mempersatu-kan diri dengan Kristus. Paulus mengartikan sabda Allah bukan pertama-tama kebenaran, melainkan diri Kristus, sebagai Tuhan dan Penyelamat. Hanya imanlah yang menyelamatkan (Rm 3, 21-31) dan bukan Taurat. Yakobus : “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati” (Yak 2, 26). Bagi Yakobus, beriman itu tidak hanya berhenti pada mendengarkan dan percaya kepada Allah, melainkan juga melaksanakannya.
Dalam DV 5 dikatakan bahwa :Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib me-nyatakan “ketaatan iman”. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersem-bahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan secara sukarela menerima sebaai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya”.
Dalam kutipan tersebut, tampak iman dipahami sebagai :
· Penyerahan seluruhnya dengan bebas kepada Allah (menyangkut segi pengetahuan, keyakinan, pengertian dan pemahaman).
· Kepatuhan akal budi dan kehendak (berhubugnan dengan kebebasan iman)
· Dengan pengakuan bebas à menyangkut kerelaan hati, keterbukaan untuk menerima kebenaran wahyu).
Namun iman bukanlah pencapaian oleh manusia sendiri. Agar mampu beriman, manusia membutuhkan rahmat Allah karena iman adalah anugerah Allah. Dalam DV 5 dikatakan : “Supaya orang dapat beriman . . . diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membaklikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran. Semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan melalui karunia-karunia-Nya”. Dari kutipan itu kiranya dapat ditangkap bahwa iman merupakan rahmat Allah. Agar orang mampu beriman, rahmat Allah diperlukan. Dengan kata lain, rahmat Allah itu mendahului iman. Rahmat yang mendahului iman itu tak lain adalah Roh Kudus yang berperan untuk membawa manusia menyadari karya Allah dalam hatinya. Roh Kuduslah yang membuka mata budi dan menimbulkan iman pada setiap orang.Dari situ dalam DV 5 dapat dikatakan bahwa : Iman merupakan rahmat Allah, Iman juga merupakan jawaban bebas manusia terhadap Allah, Iman mengandung unsur pengertian manusia (akal budi). Dengan kata lain, dalam peristiwa iman ada 3 unsur yaitu : rahmat, akal budi dan kehendak bebas manusia. Iman mengandaikan pengertian sebab iman adalah tindakan intelektual dan sekaligus mengandaikan kehendak bebas manusia yang sangat membutuhkan rahmat. Akhirnya, KV II memaknai iman sebagai tanggapan manusia berkat bantuan Roh Kudus kepada pemberian diri Allah dalam Kristus, yang berupa penyerahan diri secara bebas kepada Allah.
Iman dan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Iman yang hidup adalah iman yang berakar dan mengakar pada pengalaman hidup manusia. Iman bukanlah bentuk mati yang tinggal dikenakan, melainkan sebuah proses perjumpaan manusia dengan Allah dengan cara yang sangat manusiawi dalam gerak sejarah kehidupan. Dan iman yang hidup itu pastilah menggerakkan hidup manusia dan menimbulkan kesadaran baru. Dengan kata lain, iman sebagai tanggapan atas perwahyuan Allah tidak dapat dilepaskan dari konteks hidup manusia. Pengalaman hidup sehari-hari menjadi medan bagi manusia men-dengar dan menjawab Wahyu Allah. Sebagai contohnya : pengalaman umat Israel dibebaskan dari Mesir dan pengalaman di padang gurun selama 40 tahun. Pengalaman itu menjadikan bangsa Israel sadar bahwa Allah sungguh-sungguh setia kepada umat pilihan-Nya. Dalam pengalamannya yang konkret itu, bangsa Israel mengalami Allah yang bersabda, menyapa mereka dan menyampaikan rencana keselamatan-Nya. Dalam GS 58 dikatakan “Allah, yang mewahyukan Diri kepada umat-Nya hingga penam-pakan Diri-Nya sepenuhnya dalam Putera-Nya yang menjelma, telah bersabda menurut kebudayaan yang khas bagi pelbagai zaman”
Allah menyapa dan menyampaikan kabar keselamatan-Nya dalam konteks hidup dan kebudayaan khas manusia. Manusia bukan makhluk individual dan tanpa dunia yang melingkupi-nya. Dalam konteks kebersamaan dengan yang lain dan lingkungan masyarakat dan budaya tertentu, manusia beriman sebab iman bukanlah sisi kehidupan manusia yang dapat dilepaskan dari kenyataan hidup manusia sendiri. Karena itu, iman tidak dapat dipisahkan dari kebersamaan dengan yang lain. Sebab, dalam suasana hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan budaya tertentu, manusia mengalami sapaan Allah yang menyelamatkan. Terhadap Allah yang menyapa manusia dalam konteks hidup manusia yang khas, dalam konteks hidupnya pula manusia menanggapi sapaan Allah yang menyampaikan keselamatan-Nya. Karena itu, jawaban manusia harus terwujud dalam keterlibatan yang aktif dalam perjalanan sejarah manusia, dalam kehidupan nyata yang konkret dengan berbagai persoalannya. Iman bukan lagi tanggapan yang bersifat abstrak, namun konkret dan kontekstual. Karena itu, iman haruslah menjadi kenyataan hidup yang menggerakkan manusia dari dalam. Iman harus terwujud dalam tindakan moral. Karena itu, dalam beriman secara konkret dalam konteks hidup, manusia membutuhkan terus-menerus pertolongan Roh Kudus agar mampu mengenali perwahyuan Allah dalam kenyataan hidupnya dan menjawab sapaan Allah itu secara kontekstual pula. Tujuannya adalah agar hidup manusia tetap bermakna. Tentu saja wahyu Allah bukanlah jawaban langsung atas persoalan hidup beriman, namun dalam terang dan bimbingan Roh Kudus manusia menemukan kehendak Allah.
Allah menyapa manusia sebagai sahabat dan bergaul dengan manusia. Hal itu berarti Allah berkehendak menjalin relasi yang intim dan personal dengan manusia. Hubungan Allah dengan manusia adalah hubungan antar pribadi yang intim. Intimitas dan personalitas hubungan Allah-manusia itu tampak dalam diri Yesus, dalam seluruh peristiwa hidupnya. Yesus adalah Allah yang seperasaan dan sependeritaan dengan manusia. Di dalam Yesus, Allah melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, Yesus adalah solidaritas Allah pada manusia. Di dalam diri Yesus, Allah menyapa dan berbicara dengan manusia dengan cara-cara yang manusiawi. Di dalam Yesus, manusia tidak lagi disebut hamba, melainkan sahabat dan menjadi anak-anak Allah berkat penebusannya yang memuncak dalam sengsara, wafat dan kebangkitannya. Kamu adalah sahabat-Ku . . . Aku tidak menyebut kamu lagi hamba. . . . Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku (Yoh 15, 14-15).
Perwahyuan diri Allah bertujuan untuk mengundang manusia masuk dalam persekutuan dengan Allah. Maka, manusia masuk menjadi anggota keluarga Allah, ahli waris (Bdk. Gal. 4, 1-9). Wahyu Allah dan iman sebagai tanggapan manusia menjadi dialog yang akrab, intim dan personal antara Allah dengan manusia. Allah menyapa manusia dengan cara yang khas manusia. Dan manusia menanggapi sapaan Allah dengan cara yang khas pula seturut pengalaman hidupnya. Dan justru inilah menjadi tanda bahwa hubungan Allah dan manusia sedemikian akrab dan personal.